AQIDAH

10.30.00

MATERI PESANTREN RAMADHAN
SMA 1 PANGGANG 2011

ASPEK : AQIDAH
MENGIMANI ALLAH SWT.
DAN BERBAGAI PERBUATAN MUSYRIK KEPADA ALLAH

Iman Kepada Allah

Iman kepada Allah mencakup beberapa hal : [1] Iman kepada keberadaan Allah, [2] Iman kepada rububiyah-Nya, [3] Iman kepada uluhiyah-Nya, [4] Iman kepada Nama dan Sifat-Nya.

  1. Iman kepada Keberadaan Allah SWT
Akal kita bisa berfikir bahwa tidaklah seluruh makhluk dulu maupun sekarang kecuali pasti ada yang menciptakan. Mustahil mereka menciptakan diri sendiri karena sebelumnya tidak ada, dan yang tidak ada tidak bisa mencipta. Secara fitrah, manusia telah mengakui adanya Allah. Sebagaimana terdapat dalam firman Allah yang artinya,“Dan ingatlah ketika Tuhanmu menurunkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman ): ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu’ Mereka menjawab: ‘(Betul Engkau Tuhan kami), kami mempersaksikannya (Kami lakukan yang demikian itu) agar kalian pada hari kiamat tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan-Mu) atau agar kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu sedangkan kami ini adalah anak-anak keturunan yang datang setelah mereka.’.” (QS. Al A’raf [7]: 172-173). Dari segi dalil syar'i, seluruh kitab samawi yang diturunkan pasti berbicara tentang adanya Allah dan berbagai peristiwa yang disaksikan kebenarannya. Ini menunjukkan kitab-kitab tersebut berasal dari Tuhan Yang Mahakuasa. Sedangkan indera kita lebih mudah untuk membuktikannya di antaranya ialah terkabulnya doa, mukjizat pada Nabi yang diluar kemampuan manusia. Ini tidaklah mungkin berasal kecuali dari Tuhan yang mengutus mereka.


  1. Iman kepada Rububiyah Allah SWT
Yaitu beriman bahwa Allah sajalah yang sebagai Rabb yaitu mengesakan Allah dalam penciptaan-Nya, pemilikan-Nya dan pengaturan-Nya
Pertama, meyakini bahwa tidak ada pencipta kecuali Allah. (QS. Al A’raf : 54).
Kedua, meyakini bahwa tidak ada yang menguasai makhluk kecuali pencipta-Nya yaitu Allah (QS. Ali Imran : 189).
Ketiga, meyakini bahwa tidak ada mengatur alam semesta ini kecuali Allah semata. (QS. Yunus : 31-32)

  1. Iman kepada Uluhiyah Allah SWT
Yaitu meyakini bahwa hanya Allah saja yang berhak diibadahi. Bentuk keimanan seperti ini adalah dengan mengesakan segala bentuk peribadatan kepada Allah Ta’ala, seperti berdo’a, meminta, tawakal, takut, berharap, menyembelih, bernadzar, cinta, dan selainnya dari jenis-jenis ibadah yang telah diajarkan Allah dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

  1. Iman kepada Nama dan Sifat Allah SWT
Yaitu dengan menetapkan nama dan sifat Allah sebagaimana telah ditetapkan Allah di dalam Al Quran atau telah ditetapkan oleh rasul-Nya di dalam As Sunnah, yang sesuai dengan kebesaran dan keagungan Allah, tanpa tahrif (memalingkan makna dari makna yang semestinya), ta'thil (menolak nama atau sifat Allah), takyif (membagaimanakan) dan tamtsil (menyerupakan dengan makhluk).


(Sebagian pembahasan di atas dapat dilihat di kitab Al Qoulul Mufid ‘ala Kitabit Tauhid, Syaikh Al Utsaimin)

Contoh-Contoh Kemusyrikan Yang Membudaya

  1. Ngalap Berkah Pada Petilasan/Kuburan Kyai atau Wali
Adalah menjadi hal yang membudaya bahkan dianggap peribadatan yang sangat afdhal bahwa pada bulan-bulan atau hari-hari tertentu, misalnya bulan Mulud, menjelang Ramadhan atau bulan-bulan/hari-hari lain. Banyak orang Islam berbondong-bondongdari berbagai tempat ke petilasan-petilasan/ kuburan-kuburan kyai, orang-orang shaleh atau yang dianggap wali.
Mereka datang dari tempat yang cukup jauh dengan mencurahkan tenaga _kiran dan harta. Tidak peduli berapa banyak harta yang akan terbuang untuknya. Padahal orang yang paling suci dan paling terhormat, yaitu Rasulullah telah bersabda: Janganlah kamu mengharuskan berpergian (untuk ibadah / berziarah) kecuali ke tiga masjid: Masjidil Haram, Masjidku ini (musjid Nabawi) dan Masjidil Aqsha (Muttafaq 'Alaih).
Ternyata ada keperluan lain bahwa ziarah-ziarah ke kuburan-kuburan / petilasan-petilasan para wall itu dimaksudkan untuk ngalap berkah, meminta-minta kepada orang yang telah mati dan mencari syafa'at. Jika demikian halnya, maka jelas bahwa itu adalah syirik akbar.
Tiga berhala yang disembah oleh orang-orang jahiliyah dengan cars ngalap berkah, meminta-minta dan mencari syafa'at. Salah satu berhala itu yakni Lata, oleh sebagian ulama diantaranya Ibnu Abbas, Ibnu Zubair, Mujahid, dan Humaid dibaca Latta dengan tasydid, artinya orang yang pada saat hidupnya terkenal sebagai tukang membikin makanan dari adonan gandum yang kemudian disajikan bagi para pendatang yang berthawaf dan beribadah di Baitullah. Maka ia dianggap sebagai orang berjasa yang ketika mati lain diabadikan menjadi berhala yang bernama Lata.
Nah, samakah dengan yang sering dilakukan masyarakat Indonesia/jawa????

  1. Mencari Kesaktian Lewat Amalan-Amalan Dzikir Atau Yang Lainnya
Yang juga membudaya dan menjadi trend disemua lapisan masyarakat; baik tua maupun muda, laki-laki maupun perempuan, bodoh maupun pintar, awam maupun alim, rakyat maupun aparat, "orang yang dianggap ulama" maupun Umara, adalah membekali diri dengan "ngelmu", kesaktian dan kekebalan
Ada yang dengan cara-cara klasik kebatinan, baik dengan istilah black magic (ilmu hitam) maupun white magic (ilmu putih). Ada pula yang dengan cara-cara dzikir dan amalan-amalan yang mengandung bacaan-bacaan wirid. Cara yang terakhir ini banyak mengelabuhi umat Islam. Karena seakan-akan Islami dan tidak syirik. Padahal hakikatnya sama: Syirik.
Amalan-amalan dzikir dan wirid itu pada hakikatnya hanya sebagai rumus atau kode untuk membuka hubungan dengan alam Jin. Hal yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah maupun para Shahabatnya. Dengan demikian, penggunaan dzikir dan wirid semacam itu, di samping tidak berdasarkan tuntunan atsar, juga menyimpang dari tujuan beribadah kepada Allah. Akhirnya menjadi syirik karena dzikir tersebut digunakan untuk meminta sesuatu kepada selain Allah, hal yang hanya menjadi kewenangan Allah saja.

  1. Meminta Bantuan Kepada Arwah Rasul, Wali Atau Tokoh
Meminta bantuan kepada arwah Rasul, wali atau tokoh-tokoh, ini bukan hanya menjadi kebiasaan dan keyakinan yang membudaya, tetapi bahkan dihidup-hidupkan sebagai kesenian budaya. Sehingga kegiatan itu betul-betul menyatu dan mendarah daging dalam jiwa dan keyakinan sebagian besar masyarakat. Dapat disaksikan dibanyak tempat adanya upacara-upacara serta kesenian-kesenian ritual yang berisi kegiatan syaithani ini. Bahkan dalam nyanyian-nyanyian dan senandungnya sering terdengar ungkapanungkapan seperti: "Al-madad, al-madad ya Rasul". Artinya: "Bantuan, bantuan wahai Rasul." Maksudnya meminta bantuan kepada Rasul yang telah wafat. Tentu ini adalah syirik akbar.
Dan peringatan-peringatan maulid Nabi merupakan media yang subur untuk kegiatan- kegiatan semacam ini. Pujian-pujian kepada nabi yang disenandungkan sarat dengan isi kemusyrikan, misalnya:
Wahai lmam para Rasul, wahai sandaranku
Engkau adalah pintu Allah dan gantunganku
Kadang ada pula masyarakat yang datang ke kuburan tokoh, lalu katanya dapat berdialog dengan arwah tekoh tersebut untuk meminta bantuan. Padahal yang bersuara adalah jin (setan) dengan memyerupai suara tokoh dimaksud agar manusia terperosok dalam kekafiran.

  1. Akik, Sabuk, dan Qur’an Stambul Sebagai Jimat
Ketika akik diyakini memiliki daya magis, atau telah diisi dengan amalan-amatan mantera oleh dukun (atau oleh dukun yang bernama kyai bersorban) hingga akik tersebut diyakini berkekuatan magis. Maka orang masih berkelit dengan argumen- argumen; "Bahkan number kekuatan sebenarnya adalah Allah, sedangkan akik tersebut hanya wasilah raja." Karenanya orang beranggapan tidak syirik
Begitu pula sabuk yang telah diisi dengan rajah-rajah, hijib-hijib atau mantera- mantera. Pelaku atau pemiliknya adalah pelaku kemusyrikan. Dan pengisi sabuk tersebut adalah dukun yang harus dijauhi, sekalipun berkedok orang yang bersorban.
Tidak berbeda pula dengan Qur'an stambul, sebuah Qur'an (yang biasanya) berukuran kecil mungil dan huruf-hurufnya tidak terbaca kecuali (barangkali) dengan kaca pembesar. Buku yang dibikin menyerupai al-Qur'an dalam ukuran terlalu kecit ini diyakini bisa menolong pemiliknya dari marabahaya. Mungkin benda yang meyerupai al-Qur'an itu sengaja dibuat oleh WALI-WALI SETAN untuk mengelabuhi manusia supaya mudah terjerumus dalam kemusyrikan.
Orang akan berdalih: "Bukankah ini Qur'an? dan bukankah alQur'an merupakan obat?"
Nah al-Qur'an sebagai obat disalah artikan maknanya untuk kepentingan jimat. Dan itu adalah syirik.
Dalam sebuah hadits riwayat Ahmad, Rasulullah bersabda:
Barang siapa yang mengalungkan Tamimah, maka sesungguhnya ia telah Musyrik. (Hadits Shahih)
Tamimah, menurut al-Mundziri artinya untaian kalung yang dipakai guna mengusir penyakit. (Keyakinan terhadap tamimah) ini adalah kejahilan dan kesesatan. Sebab tidak ada sesuatupun yang dapat menghalangi atau menolak apapun kecuali Allah swt.

Efek dari perbuatan syirik

Di antara kerusakan dan bahaya akibat perbuatan syirik adalah:
  1. Syirik merendahkan eksistensi kemanusiaan
Syirik menghinakan kemuliaan manusia, menurunkan derajat dan martabatnya. Sebab Allah menjadikan manusia sebagai hamba Allah di muka bumi. Allah memuliakannya, mengajarkan seluruh nama-nama, lalu menundukkan baginya apa yang ada di langit dan di bumi semuanya. Allah telah menjadikan manusia sebagai penguasa di jagad raya ini. Tetapi kemudian ia tidak mengetahui derajat dan martabat dirinya. Ia lalu menjadikan sebagian dari makhluk Allah sebagai Tuhan dan sesembahan. Ia tunduk dan menghinakan diri kepadanya.
          Ada sebagian dari manusia yang menyembah sapi yang sebenarnya diciptakan Allah untuk manusia agar hewan itu membantu meringankan pekerjaannya. Dan ada pula yang menginap dan tinggal di kuburan untuk meminta berbagai kebutuhan mereka. Allah berfirman:
Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu apapun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) di buat orang. (Berhala-berhala) itu benda mati, tidak hidup, dan berhala-berhala itu tidak mengetahui bilakah penyembah-penyembahnya akan dibangkitkan”. (Al-Hajj: 20-21)
Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah maka ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung atau diterbangkan angin ketempat yang jauh”. (Al-Hajj: 31)
  1. Syirik adalah sarang khurofat dan kebatilan
Dalam sebuah masyarakat yang akrab dengan perbuatan syirik, “barang dagangan” dukun, tukang nujum, ahli nujum, ahli sihir dan yang semacamnya menjadi laku keras. Sebab mereka mendakwahkan (mengklaim) bahwa dirinya mengetahui ilmu ghaib yang sesungguhnya tak seorangpun mengetahuinya kecuali Allah. Jadi dengan adanya mereka, akal kita dijadikan siap untuk menerima segala macam khurofat/takhayul serta mempercayai para pendusta  (dukun). Sehingga dalam masyarakat seperti ini akan lahir generasi yang tidak mengindahkan ikhtiar (usaha) dan mencari sebab serta meremehkan sunnatullah (ketentuan Allah).
  1. Syirik adalah kedholiman yang paling besar
Yaitu dhalim terhadap hakikat yang agung yaitu (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah). Adapun orang musyrik mengambil selain Allah sebagai Tuhan serta mengambil selainNya sebagai penguasa. Syirik merupakan kedhaliman dan penganiayaan terhadap diri sendiri. Sebab orang musyrik menjadikan dirinya sebagai hamba dari makhluk yang merdeka. Syirik juga merupakan kezhaliman terhadap orang lain yang ia persekutukan dengan Allah karena ia telah memberikan sesuatu yang sebenarnya bukan miliknya.
  1. Syirik sumber dari segala ketakutan dan kecemasan
Orang yang akalnya menerima berbagai macam khurofat dan mempercayai kebatilan, kehidupannya selalu diliputi ketakutan. Sebab dia menyandarkan dirinya pada banyak tuhan. Padahal tuhan-tuhan itu lemah dan tak kuasa memberikan manfaat atau menolak bahaya atas dirinya.  Karena itu, dalam sebuah masyarakat yang akrab dengan kemusyrikan, putus asa dan ketakutan tanpa sebab merupakan suatu hal yang lazim dan banyak terjadi. Allah berfirman:
Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang yang kafir rasa takut disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak memberikan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka adalah Neraka, dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang dhalim”. (Ali-Imran: 151)
  1. Syirik membuat orang malas melakukan pekerjaan yang bermanfaat
Syirik mengajarkan kepada para pengikutnya untuk mengandalkan para perantara, sehingga mereka meremehkan amal shalih. Sebaliknya mereka melakukan perbuatan dosa dengan keyakinan bahwa para perantara akan memberinya syafa’at di sisi Allah. Begitu pula orang-orang kristen melakukan berbagai kemungkaran, sebab mereka mempercayai Al-Masih telah menghapus dosa-dosa mereka ketika di salib. Sebagian umat Islam mengandalkan syafaat Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam   tapi mereka meninggalkan kewajiban dan banyak melakukan perbuatan haram. Padahal Rasul Shallallaahu alaihi wa Sallam berkata kepada putrinya:
يَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ، سَلِيْنِيْ مِنْ مَالِيْ مَا شِئْتِ لاَ أُغْنِيْ عَنْكِ مِنَ اللهِ شَيْئًا. (رواه البخاري).
Wahai Fathimah binti Muhammad, mintalah dari hartaku sekehendakmu (tetapi) aku tidak bermanfaat sedikitpun bagimu di sisi AQIDAHAllah”. (HR. Al-Bukhari).
  1. Syirik menyebabkan pelakunya kekal dalam Neraka
Syirik menyebabkan kesia-siaan dan kehampaan di dunia, sedang di akhirat menyebabkan pelakunya kekal di dalam Neraka. Allah berfirman:
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya Surga dan tempatnya ialah Neraka, dan tidaklah ada bagi orang-orang dhalim itu seorang penolongpun”. (Al-Maidah: 72).
  1. Syirik memecah belah umat
Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang memper-sekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka”. (Ar Ruum: 31-32)

Artikel Terkait

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »