Split, Merge, and Extract file PDF

16.13.00

Split, Merge, and Extract file PDF

Software ini akan membantu kita untuk split, merge dan extract sebuah file PDF.


Setelah anda install kemudian jalankan, maka akan muncul interface yang sangat mudah sekali untuk dimengerti. Dibagian atas akan muncul 3 tab yang berisikan split, merge dan extract.
Untuk lebih jelasnya dapat melihat gambar di bawah

Dengan split, kita dapat memisahkan per halaman atau sejumlah halaman atau halaman yang kita inginkan saja, sedangkan merge akan menggabungkan beberapa halaman PDF menjadi satu kesatuan halaman PDF. Sedangkan untuk extract akan memberikan kemudahan untuk mengekstrak halaman yang kita inginkan.
Software ini kompatibel dengan windows dan memakan tempat di harddisk hanya 1.5 MB.
TV Streaming

TV Streaming

11.52.00
    Warung Bebas TV Streaming
    Amar Ma’ruf Nahi Mungkar

    Amar Ma’ruf Nahi Mungkar

    09.16.00
    khutbah jumat amar makruf nahi mungkar


    Amar Ma’ruf Nahi Mungkar

    KHUTBAH JUM’AT PERTAMA
    الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ, أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَأَشْكُرُهُ, وَأَسْأَلُهُ الْمَغْفِرَةَ يَوْمَ الدِّيْنِ.وَأَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَامَحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ بِاالْهُدَى وَالنُّوْرِالْمُبِيْنِ,صَلَّى اللهُ وَ عَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
    أَمَّا بَعْدُ
    فَأُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ تَعَالَى:
    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
    يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
    فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ, وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ, وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا, وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ, وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
    وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
    قال تعالى: كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللهِ
    Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 110).
    Jamaah salat Jumat rahimakumullah
    Di hari yang penuh berkah ini, mari kita menghadapkan hati kita kepada Allah, membuka hati dan pikiran untuk sejenak menyimak nasihat khutbah yang kami harapkan dapat menambahkan ketakwaan kita kepada Allah.
    Ma’asyiral muslimin jamaah salat Jumat rahimakumullah
    Jika kita perhatikan dan kita amati secara sepintas saja, apa yang terjadi saat ini di tengah masyarakat muslimin, kita akan mendapatkan fenomena yang seharusnya menjadikan kita semua prihatin akan umat ini. Perhatian ini menjadikan kita mawas diri dan berusaha menjadikan diri, keluarga, dan lingkungan sekitar kita tidak termasuk golongan mereka yang telah melampaui batas.
    Sekian banyak bentuk kesyirikan, kezaliman, kejahatan, kemaksiatan yang dengan begitu mudah kita temukan di sekitar kita. Contohnya praktik kesyirikan sudah menjadi suatu yang biasa dilakukan orang. Bahkan dukun, para normal, tukang ramal, ahli zodiak, dan orang-orang semacam mereka, yang jelas-jelas melakukan praktik kesyirikan, dianggap sebagai tokoh panutan dan memiliki tempat terhormat di tengah masyarakat. Contoh lain di antara kaum muslimin sudah tidak bisa lagi menghargai nyawa seseorang, tidak bisa menghargai harta orang lain, dan bahkan tidak bisa menghargai kehormatan manusia. Padahal itu semua telah dilindungi oleh Islam, dan tidak boleh diganggu. Semua itu terjadi karena mereka telah meninggalkan Agama yang hanif ini, menuruti hawa nafsu, terpedaya dan tertipu oleh bujuk rayu setan serta gemerlapnya kehidupan dunia.
    Di sisi lain, di antara kaum muslimin tidak lagi memiliki rasa empati dan kepedulian terhadap saudaranya sesama muslim, tidak peduli dengan kejadian dan kondisi yang ada, sehingga segala bentuk kemungkaran semakin hari tumbuh subur, dan sebaliknya segala bentuk kebaikan mulai terkikis dan asing di hadapan manusia. Orang-orang yang ingin selalu konsisten dan istiqamah menjalankan agama dengan benar menjadi asing di tengah masyarakatnya. Sikap keislaman yang baik terkesan batil dan begitu juga sebaliknya. Yang sunah dan sesuai dengan contoh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallamdianggap sebagai sikap beragama yang ekstrim, dan sebaliknya yang bid’ah dianggap sebagai jalan kebenaran sejati.
    Semua itu adalah karena yang menjadi tolok ukur beragama adalah perasaan dan keridhaan manusia, bukan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan kita semua dari sikap timpang semacam ini dalam sabda beliau,
    مَنِ الْتَمَسَ رِضَا الله بِسَخَطِ النَّاسِ كَفَاهُ الله مُؤْنَةَ النَّاسِ، وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ الله وَكَلَهُ الله إِلَى النَّاسِ.
    Barangsiapa yang mencari ridha Allah dengan (mengacuhkan) kebencian manusia maka Allah mencukupkannya dari beban manusia, dan barangsiapa yang mencari ridha manusia dengan (mengesampingkan) kemurkaan Allah maka Allah akan menguasakan manusia atas dirinya.” (HR. at-Tirmidzi no. 2414 dan dishahihkan oleh al-Albani).
    Jamaah salat Jumat rahimakumullah
    Sebegitu hebat kemungkaran yang telah dianggap biasa di tengah masyarakat kita, sampai yang baik menjadi suatu yan dianggap aneh. Orang yang rajin salat berjamaah aneh, kaum muslimah yang mengenakan hijab sesuai syariat aneh, rajin ke tempat-tempat pengajian aneh, laki-laki muslim yang memotong pakaiannya agar tidak isbal aneh, dan semua yang sebenarnya adalah tepat sebagaimana yang diridhai Allah Subahanahu wa Ta’ala, menjadi suatu yang aneh dan asing. Maka sungguh benar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam manakala beliau bersabda,
    بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيْبًا وَسَيَعُوْدُ كَمَا بَدَأَ غَرِيْبًا، فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ، الَّذِيْنَ يُصْلِحُوْنَ مَا أَفْسَدَ النَّاسُ مِنْ بَعْدِيْ مِنْ سُنَّتِيْ .
    Islam mulanya dianggap aneh (asing) dan akan kembali dianggap asing seperti semula. Maka kabar gembira yang besar bagi orang-orang yang dianggap aneh (asing), yaitu, orang-orang yang memperbaiki (menjalankan dengan baik) perkara-perkara sunahku yang telah dirusak orang-orang setelahku.” (HR. Ahmad dan Muslim)
    Jamaah salat Jumat rahimakumullah
    Karenanya, merupakan tugas dan kewajiban setiap muslim untuk selalu menjaga kemurnian agama, dengan senantiasa menegakkan kebenaran dan mencegah setiap bentuk kemungkaran. Tentunya kita pernah membaca dan mendengar permisalan yang pernah disampaikan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana beliau bersabda,
    مَثَلُ الْقَائِمِ عَلَى حُدُوْدِ الله وَالْوَاقِعِ فِيْهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهَمُوْا عَلَى سَفِيْنَةٍ فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلَاهَا وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا فَكَانَ الَّذِيْنَ فِي أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنَ الْمَاءِ مَرُّوْا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ فَقَالُوْا: لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِي نَصِيْبِنَا خَرْقًا وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا؛ فَإِنْ يَتْرُكُوْهُمْ وَمَا أَرَادُوْا هَلَكُوْا جَمِيْعًا وَإِنْ أَخَذُوْا عَلَى أَيْدِيْهِمْ نَجَوْا وَنَجَوْا جَمِيْعًا.
    Perumpamaan orang yang teguh dalam menjalankan hukum-hukum Allah dan orang yang terjerumus di dalamnya, adalah seperti sekelompok orang yang berada di dalam sebuah kapal, ada yang mendapatkan tempat di atas melewati orang-orang yang di atas, dan ada yang memperoleh tempat di bawah. Seadng yang di bawah jika mereka berkata, ‘Lebih baik kita melobangi tempat di bagian kita ini (bagian bawah), supaya tidak mengganggu kawan-kawan kita yang di atas.’ Rasulullah bersabda, ‘Maka jika mereka yang di atas membiarkan orang yang di bawah (melakukan hal itu), pasti binasalah semua orang yang ada di dalam perahu tersebut, namun apabila mereka mencegahnya mereka semua akan selamat’.” (HR. Al-Bukhari no. 2493).
    Jamaah salat Jumat rahimakumullah
    Jika kita renungkan dengan dalam perumpamaan agung yang disabdakan oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam ini, yaitu seorang hamba Allah yang paling mengetahui tentang keadaan umatnya, tentang sebab-sebab kemuliaan dan kerusakan yang akan terjadi pada mereka berdasarkan wahyu dari AllahSubhanahu wa Ta’ala, maka kita akan mendapatkan gambaran yang jelas tentang agungnya keutamaan mengajak orang kepada kebaikan dan mencegah dari perbuatan jahat dan mungkar, yang kita kenal dalam istilah amar ma’ruf nahi munkar.
    Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
    إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَن تُغْنِيَ عَنْهُمْ أَمْوَالُهُمْ وَلآَأَوْلاَدُهُم مِّنَ اللهِ شَيْئًا وَأُوْلاَئِكَ هُمْ وَقُودُ النَّارِ

    Kalian adalah umat yang terbaik yang pernah dilahirkan untuk manusia, karena menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar,dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 110)

    Al-Allamah As-Sa’di mengomentari ayat ini dengan mengatakan, “Allah memuji umat ini sebagai umat yang paling baik yang Allah ciptakan untuk umat manusia. Hal itu dikarenakan Allah menyempurnakan Iman bagi diri mereka, yang dengan iman itu mereka melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Allah, dan menyempurnakan mereka untuk orang lain dengan amar ma’ruf dan nahi munkar, yang mencakup mendakwahi manusia untuk kembali kepada Allah. Dengan inilah maka umat Islam ini adalah umat terbaik.” Dan sebaliknya Allah melaknat orang-orang yang kafir dari kalangan ahli kitab, karena mereka membiarkan kemungkaran terjadi di tengah mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
    لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِن بَنِى إِسْرَاءِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَّكَانُوا يَعْتَدُونَ {78} كَانُوا لاَيَتَنَاهَوْنَ عَن مُّنكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ
    Telah dilaknat orang-orang kafir dari bani Israil melalui lisan Dawud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama ain tidak saling melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selali mereka perbuat itu.” (Al-Ma’idah: 78-79)
    Ini menunjukkan bahwa membiarkan kemungkaran dan kemaksiatan adalah salah satu sifat orang-orang yang dilaknat Allah.
    Al-Allamah As-Sa’di berkata, setelah menafsirkan ayat ini,
    “Hal itu (perbuatan mereka yang diam terhadap kemungkaran) menunjukkan sikap meremehkan perintah Allah dan bahwasanya berbuat maksiat kepada-Nya adalah suatu yang ringan bagi mereka. Seandainya mereka memiliki rasa pengagungan kepada Rab mereka, niscaya mereka tidak akan menabrak hal-hal yang diharamkan Allah, dan niscaya mereka tidak akan menyukai terhadap sesuatu yang diharamkan Alah. Dan sesungguhnya diam terhadap kemungkaran –padahal mampu untuk merubahnya- adalah sikap yang mendatangkan hukuman; karena mendiamkan kemungkaran akan menimbulkan kerusakan-kerusakan yang besar:
    Di antaranya, hal itu menunjukkan sikap meremehkan dan menganggap enteng kemaksiatan. Demikian juga hal itu akan menumbukan keberanian bagi orang-orang yang gemar melakukan maksiat dan orang-orang fasik untuk semakin berani melakukan maksiat, bahkan secara terang-terangan.
    Apabila kemungkaran dibiarkan, maka ilmu Agama akan semakin redup di tengah masyarakat dan kejahilan justru akan semakin merajalela, karena apabila kemaksiatan demi kemaksiatan begitu saja dilakukan orang, dan dibiarkan begitu saja tanpa ada usaha untuk merubahnya, maka masyarakat yang memang minim dengan ilmu agama akan menganggap itu semua sebagai suatu yang bukan maksiat.
    Mendiamkan maksiat boleh jadi akan menyebabkan kemaksiatan menjadi suatu yang bagus dalam pandangan masyarakat luas, sehingga sebagian masyarakat akan meniru perbuatan pelaku maksiat karena menganggapnya sebagai sesuatu yang bagus.” (Dikutip dari Tafsir as-Sa’di secara ringkas dan adaptasi, Ali Imran: 78-79).
    Jamaah salat Jumat rahimakumullah
    Oleh karena itu, amar ma’ruf nahi munkar adalah kewaijban setiap muslim yang paling utama, yang akan menjadi jalan keselamatan dan menghindarkan dari murka Allah, di dunia maupun di akhirat. amar ma’ruf nahi munkar harus tegak, dalam segala tataran masyarakat, baik sosial, individu, keluarga, masyarakat, nasional bahkan internasional. Kita harus senantiasa ingat bahwa amar ma’ruf nahi munkar adalah perintah Allah, yang mana Allah menjanjikan keberuntungan bagi kita bila menegakkannya. Perhatikan Firman-Nya berikut ini,
    وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةُ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
    Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali-Imran: 104)
    Lebih dari itu, amar m’aruf nahi munkar adalah salah satu di antara sifat-sifat asasi seorang mukmin sejati, dan karenanya Allah menjanjikan rahmat bagi mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala befirman,
    وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللهَ وَرَسُولَهُ أُوْلاَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللهُ إِنَّ اللهَ عَزِيزٌ حَكِيمُُ
    Dan orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong sebagian yang lain, mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan salat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah sesungguhnya Allah Maha Perkasa  lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah: 71)
    بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَجَعَلَنَا الله مِنَ الَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ الله لِيْ وَلَكُمْ وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ
    KHUTBAH JUM’AT KEDUA
    الْحَمْدُ ِللهِ وَكَفَى,وَسَلَّمَ عَلَى عِبَادِهِ الَّذِيْ اصْطَفَى,أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَأَشْكُرُهُ فِيْ اْلأَخِرَةِ وَاْلأُوْلَى ,وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ,صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًاكَثِيْرًا
    Jamaah salat Jumat rahimakumullah
    Kepedulian kita untuk merubah kemungkaran, adalah salah satu di antara barometer keimanan kita. Coba kita simak dengan baik sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini,
    Dari Ibnu Mas’ud bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
    مَا مِنْ نَبِيٍّ بَعَثَهُ الله فِي أُمَّةٍ قَبْلِيْ إِلَّا كَانَ لَهُ مِنْ أُمَّتِهِ حَوَارِيُّوْنَ وَأَصْحَابٌ يَأْخُذُوْنَ بِسُنَّتِهِ وَيَقْتَدُوْنَ بِأَمْرِهِ، ثُمَّ إِنَّهَا تَخْلُفُ مِنْ بَعْدِهِمْ خُلُوْفٌ يَقُوْلُوْنَ مَا لَا يَفْعَلُوْنَ وَيَفْعَلُوْنَ مَا لَا يُؤْمَرُوْنَ؛ فَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِيَدِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِلِسَانِهِ، فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِقَلْبِهِ،ِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَيْسَ وَرَاءَ ذلك مِنَ الْإِيْمَانِ حَبَّةُ خَرْدَلٍ.
    Tidaklah seorang nabi yang diutus oleh Allah sebelumku, melainkan dia memiliki para pembela yang setia dan sahabat-sahabat yang mengikuti sunahnya dan mengikuti perintahnya, kemudian setelah itu datanglah orang-orang yang mengatakan apa yang tidak mereka perbuat, dan justru melakukan apa yang tidak diperintahkan kepada mereka. Maka barangsiapa yang memerangi mereka dengan tangannya, aka dia adalah seorang Mukmin, barangsiapa yang memerangi mereka dengan lisannya, maka dia juga seorang mukmin, dan barangispa yang memerangi mereka dengna hatinya, maka dia juga seorang Mukmin, dan tidak ada iman yang lebih rendah dari itu meskipun sebesar biji sawi.” (HR. Muslim no. 50)
    Kita memohon kepada Allah agar diberi kekuatan bashirah, kekuatan hati, kekuatan ilmu, kekuatan lisan untuk membedakan antara yang hak dan yang batil, yang ma’ruf dan yang mungkar, kemudian kita bersama-sama menegakkan yang ma’ruf dan memberantas segala bentuk kemungkaran dan kebatilan. Dengan harapan semoga Allah menggolongkan kita sebagai mukmin sejati, melimpahkan rahmat bagi kita, dan menjadikan kita sebagai orang-orang yang beruntung.
    إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيْ, يَاأَيُّهَاالَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
    اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ
    اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
    رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
    رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
    وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَىمُحَمَّدٍ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا وَ آخِرُ دَعْوَانَا الْحَمْدُِ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

    Download Naskah Khutbah Jumat

    Doa Khutbah Jumat

    Doa Khutbah Jumat

    09.00.00

    Khotbah Jumat – Khutbah Jum'at Terbaik
    1. Berdoa untuk kaum muslimin ketika khotbah kedua
    Ulama berselisih pendapat tentang hukum berdoa bagi kaum muslimin ketika khotbah kedua.
    • Pendapat pertama, hukum berdoa ketika khotbah adalah sunah. Ini adalah pendapat Hanafiyah, Syafi’iyah –dalam salah satu pendapat mereka–, dan pendapat Hanabilah.
    • Pendapat kedua, berdoa ketika khotbah merupakan rukun khotbah kedua. Karena itu, wajib untuk berdoa pada khotbah kedua. Ini adalah pendapat yang dijadikan acuan dalam Mazhab Syafi’iyah.
    Insya Allah, pendapat yang lebih kuat dalam hal ini adalah pendapat pertama, yang menyatakan bahwa berdoa saat khotbah kedua itu hukumnya dianjurkan, bukan termasuk rukun. Semua ulama sepakat bahwa mendoakan kebaikan kepada kaum muslimin termasuk sesuatu yang disyariatkan.
    Syekh Muhammad bin Ibrahim mengatakan, “Hendaknya doa ketika khotbah adalah doa yang penting bagi kaum muslimim, seperti: kemenangan untuk Islam dan kaum muslimin, serta kekalahan bagi orang kafir.” (Fatawa wa Rasail Syaikh Muhammad bin Ibrahim, 3:21)
    Di antara dalil bahwa berdoa pada kesempatan ini hukumnya dianjurkan adalah:
    • Hadis dari Samurah bin Jundab radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallammeminta ampunan untuk kaum mukminin-mukminat dan muslimin-muslimat setiap hari Jumat. (H.r. Al-Bazzar dan Thabrani. Ibnu Hajar berkata, “Sanadnya layyin karena dalam sanadnya ada Yusuf bin Khalid As-Samti, dan dia termasuk perawi dhaif)
    • Waktu berkhotbah termasuk waktu yang mustajab, sehingga dianjurkan untuk memanfaatkan waktu ini untuk berdoa.
    Teks doa
    Doa pertama:
    اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
    Ya Allah, ampunilah kaum mukminin laki-laki dan wanita, kaum muslimin laki-laki dan wanita, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Sesungguhnya, Engkau adalah Dzat yang Maha Mendengar, Mahadekat, Dzat yang mengabulkan doa.”
    Keterangan:
    Teks doa ini tidak ada dalilnya dalam Alquran maupun hadis. Karena itu, boleh divariasikan. Yang penting, mengandung doa permohonan ampunan untuk kaum mukminin laki-laki dan wanita.
    Doa kedua:
    رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

    Ya Rabb kami, berilah ampunan kepada kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu sebelum kami, dan janganlah Engkau membiarkan ada kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”
    Keterangan:
    Teks doa ini merupakan firman Allah di surat Al-Hasyr, ayat 10.
    2. Mendoakan kebaikan untuk pemimpin secara umum
    Mendoakan kebaikan bagi penguasa kaum muslimin secara umum dalam khotbah Jumat termasuk amalan yang dianjurkan. Imam An-Nawawi mengatakan, “Mendoakan kebaikan untuk penguasa kaum muslimin dan pemimpin mereka, agar mendapatkan kebaikan, kemudahan dalam menegakkan kebenaran serta keadilan, dan semacamnya termasuk doa yang dianjurkan menurut kesepakatan ulama.” (Al-Majmu’ Syarh Muhadzab, 4:521)
    Imam Ahmad bin Hanbal pernah mengatakan, “Andaikan saya memiliki satu doa yang pasti dikabulkan, niscaya saya berikan doa itu untuk kebaikan pemimpin yang adil, karena ketika pemimpin baik maka itu akan memberikan kebaikan kepada kaum muslimin.” (Al-Furu’, 2:120). Beliau juga mengatakan, “Aku doakan pemimpin agar mendapatkan taufik dan petunjuk menuju jalan yang lurus.” (Al-Furu’, 2:120)
    Imam Al-Barbahari mengatakan, “Apabila engkau melihat seseorang mendoakan keburukan untuk pemimpinnya, ketahuilah, dia adalah pengikut hawa nafsu (ahli bid’ah). Sebaliknya, jika engkau mendengar seseorang mendoakan kebaikan bagi penguasanya, ketahuilah, dia termasuk ahlus sunnah, insya Allah.” (Syarhus Sunnah, no. 107)
    Kemudian, beliau mengutip perkataan Fudhail bin ‘Iyadh; beliau mengatakan, “Andaikan aku memiliki satu doa yang pasti dikabulkan, aku tidak akan menggunakan doa itu kecuali untuk kebaikan penguasa.” Beliau ditanya, “Wahai Abu Ali (kun-yah Fudhail), mohon jelaskan kepada kami perkataan Anda.” Beliau menjawab, “Jika aku gunakan doa yang baik ini untuk kepentingan diriku maka manfaatnya tidak meluas. Namun, jika aku gunakan untuk kebaikan penguasa, kemudian dia menjadi baik, seluruh masyarakat dan negara akan menjadi baik.” Karena itu, kita diperintah untuk mendoakan kebaikan bagi penguasa, dan kita tidak boleh mendoakan keburukan bagi mereka, meskipun mereka berbuat jahat dan zalim, karena kejahatan dan kezaliman mereka akan menimpa diri mereka sendiri, sedangkan kebaikan mereka akan memberikan dampak baik untuk dirinya dan kaum muslimin. (Syarhus Sunnah, no. 107)
    Teks doa
    Doa pertama:
    اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِنْهُمْ عَلَى الْقِيَامِ بِمَهَامِهِمْ كَمَا أَمَرْتَهُمْ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِ الْمُسْلِمِيْنَ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ

    Ya Allah, jadikanlah pemimpin kami orang yang baik. Berikanlah taufik kepada mereka untuk melaksanakan perkara terbaik bagi diri mereka, bagi Islam, dan kaum muslimin. Ya Allah, bantulah mereka untuk menunaikan tugasnya, sebagaimana yang Engkau perintahkan, wahai Rabb semesta alam. Ya Allah, jauhkanlah mereka dari teman dekat yang jelek dan teman yang merusak. Juga dekatkanlah orang-orang yang baik dan pemberi nasihat yang baik kepada mereka, wahai Rabb semesta alam. Ya Allah, jadikanlah pemimpin kaum muslimin sebagai orang yang baik, di mana pun mereka berada.”
    Keterangan:
    Doa ini merupakan doa Syekh Shaleh Al-Fauzan dalam khotbah beliau.
    Doa kedua:
    اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، اَللَّهُمَّ أَعِنْهُمْ عَلَى طَاعَتِكَ وَاهْدِهِمْ سَوَاءَ السَّبِيْلِ، اَللَّهُمَّ جَنِّبْهُمْ الْفِتَنَ مَاظَهَرَ مِنْهَا وَمَابَطَنَ، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
    Ya Allah, berikanlah taufik kepada pemimpin kami untuk menempuh jalan yang Engkau cintai dan Engkau ridhai. Ya Allah, bantulah meraka dalam melakukan ketaatan kepada-Mu dan berilah mereka petunjuk ke jalan yang lurus. Ya Allah, jauhkanlah mereka dari setiap fitnah dan masalah, baik yang tampak jelas maupun yang tersembunyi. Sesungguhnya, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”
    Doa ketiga:
    اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِيْ أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْ مَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِهُدَاكَ وَاجْعَلْ عَمَلَهُ فِيْ رِضَاكَ، وَارْزُقْهُ الْبِطَانَةَ الصَّالِحَةَ النَاصِحَةَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
    Ya Allah, berilah kami keamanan di negeri kami, jadikanlah pemimpin kami dan penguasa kami orang yang baik. Jadikanlah loyalitas kami untuk orang yang takut kepada-Mu, bertakwa kepada-Mu, dan mengikuti ridha-Mu, yaa Rabbal ‘alamin. Ya Allah, berikanlah taufik kepada pemimpin kami untuk menempuh jalan petunjuk-Mu, jadikanlah sikap dan perbuatan mereka sesuai ridha-Mu, dan berikanlah teman dekat yang baik untuk mereka, yaa Rabbal ‘alamin.”
    Keterangan:
    Doa ini termasuk salah satu doa Syekh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin pada salah satu khotbah Jumat beliau.
    Selain doa-doa di atas, khatib juga bisa menambahkan doa-doa yang lainnya, baik yang ada dalam Alquran maupun As-Sunnah. Di antaranya:
    a. Doa agar mendapatkan keturunan yang baik
    رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا
    Wahai Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”
    b. Doa untuk kebaikan dunia dan akhirat
    رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
    Wahai Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta lindungilah kami dari siksa neraka.”
    c. Doa mohon ampunan atas sikap yang melampui batas
    رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِيْ أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ
    Wahai Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan segala tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami, teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami atas kaum yang kafir.”
    d. Doa memohon ampunan untuk orang tua dan seluruh kaum muslimin
    رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِنَا مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
    Wahai Rabb kami, ampunilah kami, orang tua kami, dan setiap orang yang masuk ke rumah kami dengan beriman, juga semua laki-laki yang beriman dan perempuan yang beriman.”
    Catatan:
    Doa khatib ketika berkhotbah adalah doa jama’i, yang diaminkan oleh sebagian makmum. Karena itu, hindari penggunaan kata ganti “aku” atau “-ku”, karena doa dengan kata ganti “aku” berarti doa untuk kepentingan pribadi, padahal makmum mengaminkannya. Sebagian ulama menganggap tindakan ini sebagai bentuk pengkhianatan kepada makmum.
    Contoh yang sering terjadi, doa memohonkan ampunan untuk diri sendiri dan orang tua:
    رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرًا
    Ya Allah, ampunilah aku dan kedua orang tuaku, serta berilah rahmat kepada keduanya, sebagaimana mereka mendidikku di waktu kecil.”
    Doa ini tidak boleh dibaca pada saat doa jemaah, termasuk ketika khotbah. Karena doa ini kembali untuk kepentingan khatib sendiri. Yang benar, kata ganti “aku” diubah menjadi “kami”, sehingga teks doanya adalah:
    رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا
    Ya Allah, ampunilah kami dan kedua orang tua kami, serta berilah rahmat kepada keduanya, sebagaimana mereka mendidik kami di waktu kecil.”
    Allahu a’lam.

    Download Ebook Doa-Doa Ketika Khutbah Jumat