AKHLAK

10.29.00

MATERI PESANTREN RAMADHAN
SMA 1 PANGGANG 2011

ASPEK : AKHLAK
AHKLAK PRIBADI DAN AKHLAK KEPADA ORANG TUA
  1. Pengertian akhlak
Akhlak merupakan bentuk jama’ dari khuluk (dalam bahasa arab) yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Dan berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan, makhluk (yang diciptakan) dan seakar dengan kata Khaliq (pemcipta).
Kesamaan akar kata tersebut dalam bahasa arab mengisyaratkan bahwa di dalam akhlaq terdapat tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak khaliq (Tuhan) dengan perilaku manusia (Makhluk). Dengan kata lain, tata perilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya baru mengandung nilai akhlaq yang hakiki jika tindakan tersebut didasarkan kepada kehendak Allah swt.
Jadi, akhlak itu mencakup aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia, manusia dengan Tuhan dan manusia dengan lingkungan.


  1. Akhlak Pribadi
  1. Shidiq
Shidiq artinya benar atau jujur, lawan dari dusta atau bohong. Shidiq disini harus lengkap yaitu jujur dalam hati, jujur dalam perkataan dan jujur dalam perbuatan. Jadi ketiga unsur itu harus sama baru manusia dinyatakan memiliki sifat shidiq.
Bentuk-bentuk shidiq:
  1. Shidq al-hadits (benar dalam perkataan)
  2. Shidq al-mu’amalah (benar dalam pergaulan)
  3. Shidq al-‘azam (benar dalam kemauan)
  4. Shidq al-wa’ad (benar dalam berjanji/ menepati janji)
  5. Shidq al-hal (benar dalam kenyataan, sikapnya tidak dibuat-buat, apa adanya)
Adapun lawan dari shidiq adalah dusta atau bohong, dan dusta itu dapat terjadi dalam beberapa hal:
  1. Khianat
  2. Mengingkari janji
  3. Kesaksian palsu
  4. Fitnah
  5. Menggunjing/ ghibah
  1. Amanah
Artinya dipercaya. Maksudnya adalah memelihara titipan dan mengembalikannya kepada pemiliknya dalam bentuk semula.
Dalam arti luas, amanah dapat berbentuk :
  1. Memelihara titipan dan mengembalikannya kepada pemiliknya dalam bentuk semula
  2. Menyimpan rahasia orang lain
  3. Menjaga kehormatan orang lain
  4. Menjaga dirinya sendiri
  5. Menunaikan tugas-tugas yang diberikan pada dirinya (tidak menyalahgunakan jabatan)
  1. Istiqomah
Adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dna keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan.
  1. Iffah
Adalah memelihara kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak dan menjatuhkannya. Adapun bentuk-bentuk iffah adalah:
  1. Untuk menjaga kehormatan diri maka seorang muslim diperintahkan menjaga penglihatan, pergaulan dan pakaiannya (menutup aurat bukan menempeli aurat)
  2. Untuk menjaga kehormatan diri dalam masalah harta, seorang muslim miskin tidak dianjurkan untuk menadahkan tangan meminta-minta, dan seorang muslim kaya dianjurkan untuk membantu orang yang lemah
  3. Untuk menjaga kehormatan diri dalam menjaga kepercayaan dari orang lain, Islam mengharuskan seorang muslim bersifat jujur, jangan berkata bohong, mungkir janji dan khianat
  1. Mujahadah
Adalah mencurahkan segala kemampuan untuk melepaskan diri dari segala hal yang menghambat dalam mendekatkan diri pada Allah swt. Yaitu dengan mengendalikan nafsu dan menghidari dari orang-orang yang berbuat maksiat
  1. Syaja’ah
Adalah berani yang berlandaskan kebenaran dan dilakukan dengan penuh pertimbangan.
Bentuk keberanian yang dibolehkan dalam Islam:
  1. Keberanian menghadapi musuh dalam peperangan
  2. Keberanian menyatakan kebenaran sekalipun di depan penguasa dzolim
  3. Keberanian mengendalikan diri tatkala marah
Sumber keberanian seseorang bias diperoleh dari :
  1. Rasa takut kepada Allah swt.
  2. Lebih mencintai akhirat daripada dunia
  3. Tidak takut mati
  4. Tidak ragu-ragu
  5. Tidak menomor satukan kekuatan materi
  6. Tawakkal dan yakin akan pertolongan Allah swt.
  7. Dari hasil pendidikan (baik dari pendidikan rumah tangga, sekolah, masjid maupun lingkungan)
  1. Tawadhu’
Artinya rendah hati, tidak sombong atau takabur.
Bentuk-bentuk tawadhu’ :
  1. Tidak menonjolkan diri dari orang-orang yang selevel, kecuali apabila sikap tersebut menimbulkan kerugian bagi agama
  2. Berdiri dari tempat duduknya dalam suatu majlis untuk menyambut kedatangan orang yang lebih mulia dan lebih berilmu dari dirinya
  3. Bergaul dengan orang yang awam dengan ramah, dan tidak memandang dirinya lebih dari mereka
  4. Mau mengunjungi orang lain walaupun lebih rendah status sosialnya
  5. Mau duduk bersama fakir miskin, orang dhuafa, orang yang cacat
  6. Tidak makan dan minum, berpakaian secara berlebihan
  1. Malu
Adalah sifat yang menimbulkan keengganan melakukan sesuatu yang tidak baik. Malu ada tiga jenis, malu kepada Allah swt., malu kepada diri sendiri dan malu kepada orang lain.
Malu dan iman akan selalu hadir bersama-sama. Semakin kuat iamn seseorang maka semakin tebal juga rasa malunya. Nabi besabda:
rasa malu dan iman itu sebenarnya berpadu menjadi satu, maka bilamana lenyap salah satunya hilang pulalah yang lainnya.” (HR Hakim)
  1. Sabar
Adalah menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharap ridha Allah swt.
Macam-macam sabar:
  1. Sabar menerima cobaan hidup
  2. Sabar dari keinginan hawa nafsu
  3. Sabar dalam taat kepada Allah swt.
  4. Sabar dalam berdakwah
  5. Sabar dalam perang
  6. Sabar dalam pergaulan
  1. Pemaaf
Adalah sikap suka memberikan maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa ada sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk membalas.
  1. Akhlak kepada orang tua (Birrul Walidain)
Diriwayatkan dari Abu abdirrahman Abdullah ibnu mas’ud r.a., dia berkata: aku bertanya pada nabi saw: apa amalan yang paling disukai Allah swt.? beliau menjawab: shalat tepat pada waktunya. Aku bertanya lagi: kemudian apa? Beliau (nabi) menjawab: Birrul walidain. Aku bertanya lagi: kemudian apa? Beliau menjawab: jihad di jalan Allah swt. (HR Bukhari Muslim)

Birrul walidain menempati kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam. Beberapa buktinya adalah:
  1. Perintah berbuat baik kepada ibu bapak diletakkan oleh Allah swt. Di dalam Al-Qur'an langsung sesudah perintah beribadah hanya kepada Allah swt. Atau sesudah larangan mempersekutukannya.
36. sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh[294], dan teman sejawat, Ibnu sabil[295] dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, (QS. An-Nisa : 36)
  1. Allah swt. Mewasiatkan kepada umat manusia untuk berbuat baik kepada ibu bapak
.
8. dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya. .. (QS. Al-‘Ankabut: 8)

  1. Allah swt. Meletakkan perintah berterima kasih kepada ibu bapak sesudah perintah berterima kasih kepada Allah swt.

14. dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.(QS. Luqman: 14)

  1. Rasulullah meletakkan birrul walidain sebagai amalan terbaik nomor dua sesudah shalat tepat waktu
Diriwayatkan dari Abu abdirrahman Abdullah ibnu mas’ud r.a., dia berkata: aku bertanya pada nabi saw: apa amalan yang paling disukai Allah swt.? beliau menjawab: shalat tepat pada waktunya. Aku bertanya lagi: kemudian apa? Beliau (nabi) menjawab: Birrul walidain …. (HR Bukhari Muslim)
  1. Rasulullah meletakkan durhaka kepada orang tua sebagai dosa besar nomor 2 sesudah syirik
Rasulullah bersabda: tidaklah akan aku beritahu kepada kalian dosa-dosa yang paling besar? Beliau mengulangi pertanyaan tersebut 3 kali. Kemudian para sahabat mengiyakan. Lalu Rasulullah saw menyebutkan: yaitu mempersekutukan Allah swt. Dan durhaka kepada orang tua…..( HR Muttafaqwun ‘alaih)
  1. Rasulullah mengaitkan keridhaan dan kemarahan Allah swt. Dengan keridhaan dan kemarahan orang tua
Rasulullah bersabda: ridha Allah swt. Tergantung pada keridhaan orang tua, dan kemarahan Allah swt. Tergantung dari kemrahan orangtua (HR Tirmidzi)

Sumber: Kuliah akhlak oleh Yunahar Ilyas

Bentuk-bentuk birrul walidain:
Pertama. Bergaul dengan keduanya dengan cara yg baik.
Di dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan bahwa memberikan kegembiraan kepada seorang mu’min termasuk shadaqah, lebih utama lagi kalau memberikan kegembiraan kepada kedua orang tua kita.
Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa ketika seseorang meminta izin untuk berjihad (dalam hal ini fardhu kifayah kecuali waktu diserang musuh maka fardhu ‘ain) dengan meninggalkan orang tua dalam keadaan menangis, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Kembali dan untuklah kedua tertawa seperti engkau telah memuntuk kedua menangis” [Hadits Riwayat Abu Dawud dan Nasa’i] Dalam riwayat lain dikatakan : “Berbaktilah kpd kedua orang tuamu” [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]
Kedua. Yaitu berkata kepada keduanya dengan perkataan yg lemah lembut.
Agar dibedakan berbicara dengan kedua orang tua dan berbicara dengan anak, teman atau dengan yg lain. Berbicara dengan perkataan yg mulia kpd kedua orang tua, tdk boleh mengucapkan ‘ah’ apalagi mencemooh dan mencaci maki atau melaknat keduanya karena ini merupakan dosa besar dan bentuk kedurhakaan kepada orang tua. Jika hal ini sampai terjadi, na‘udzubillah.
Ketiga. Tawadlu (rendah diri).
Tidak boleh takabur (sombong) apabila sudah meraih sukses atau mempunyai jabatan di dunia, sewaktu lahir kita berada dalam keadaan hina dan membutuhkan pertolongan. Kedua orang tualah yg menolong dengan memberi makan, minum, pakaian dan semuanya.
Keempat. Yaitu memberikan infak (shadaqah) kpd kedua orang tua.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala surat Al-Baqarah ayat 215.

215. mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." dan apa saja kebaikan yang kamu buat, Maka Sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya.
Jika seseorang sudah berkecukupan dalam hal harta hendaklah ia menafkahkan yg pertama ialah kepada kedua orang tuanya. Kedua orang tua memiliki hak tersebut sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat Al-Baqarah di atas. Kemudian kaum kerabat, anak yatim dan orang-orang yg dalam perjalanan. Beruntuk baik yg pertama ialah kpd ibu kemudian bapak dan yg lain, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut.
Kelima. Mendo’akan orang tua.
Sebagaimana dalam ayat “Robbirhamhuma kamaa rabbayaani shagiiro” (Wahai Rabb-ku kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku diwaktu kecil). Seandai orang tua belum mengikuti dakwah yang benar dan masih syirik serta bid’ah, kita harus tetap berlaku lemah lembut kepada keduanya. Dakwahkan krpada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut sambil berdo’a di malam hari, ketika sedang shaum, di hari Jum’at dan di tempat-tempat dikabulkan do’a agar ditunjuki dan dikembalikan ke jalan yang benar oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Apabila kedua orang tua telah meninggal maka :
[1] Mendo’akannya
[2] Menshalatkan ketika orang tua meninggal
[3] Selalu memintakan ampun untuk keduanya.
[4] Membayarkan hutang-hutangnya
[5] Melaksanakan wasiat yg sesuai dengan syari’at.
[6] Menyambung tali silaturrahmi kpd orang yg kedua juga pernah menyambungnya

[Disalin dari Kitab Birrul Walidain, edisi Indonesia Berbakti Kepada Kedua Orang Tua oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, terbitan Darul Qolam - Jakarta]

Artikel Terkait

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »

1 comments: