PERKEMBANGAN ISLAM DI RUSIA

11.11.00
salah satu masjid di Rusia

Makalah disusun oleh
Erinda Listiani
siswa kelas XII IPA 1
SMA 1 Panggang
2019















KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum Wr Wb
Alhamdulillahirobbil ‘alamin segala puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan, pengetahuan serta apresiasi kita tentang perkembangan agama Islam di Rusia. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu,kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
            Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang  telah disusun ini dapat berguna bagi  orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.



Panggang, 27 Februari 2019
                                                                                                                 Penulis



Erinda Listiani









BAB I
PENDAHULUAN

Islam di Rusia?Sebuah pertanyaan yang kadang menyentak batin dan jiwa kita.Seperti sebuah kemusykilan, kemustahilan,dan ketidakmungkinan.Tanah Rusia seolah telah terkontaminasi secara akut dengan ajaran komunis dan sosialis . Sulit dipurifikasikan atau dimurnikan kembali.[1]
Banyak yang lupa dan tidak tahu,Islam masuk Rusia jauh sebelum Islam sampai di Indonesia,ketika nenek moyang kita masih bersikukuh dengan animisme sebagai agama utama. Saat leluhur kita masih percaya dengan kekuatan alam sebagai penguasa jagad raya. Islam mulai merambah Rusia dengan kedatangan beberapa sahabat Nabi Muhammad di wilayah Dagestan yang kini mayoritas masyarakatnya memeluk Islam.[2]
Banyak yang kurang informasi bahwa tradisi haji di Rusia sudah dimulai ratusan tahun sebelum kita mengenalnya. Beberapa raja di wilayah tengah jazirah Rusia melakukan ibadah haji bersama dalam satu kafilah melewati banyak negara. Bahkan,gelar haji menjadi penting dalam kehidupan bernegara saat itu.
Yang sering Kita pahami, Rusia adalah Uni Soviet. Sebuah tanah Tuhan yang ditakdirkan masyarakatnya tidak mengenal Sang Pencipta. Pemilik dan pencipta alam di sia siakan dan dinafikan. Karenanya, masyarakat Rusia tidak berakhlakul Karimah dan bahkan senyum pun sulit disinggung kan. Seolah hanya keburukan yang tersisa disini.
Rupanya kita kadang terjebak dalam sebuah stigmatisasi yang salah. Terlalu enteng menganggap bahwa sebuah masyarakat tidak berkembang alias selalu stagnan dari waktu ke waktu. Sebuah asumsi yang secara teori apapun tidak bisa dibenarkan. Padahal,komunisme hanya merajai Rusia sejak Revolusi Bolshevik tahun 1917 hingga menggelindingnya Perestroika dan Glasnost tahun 1991. Selama 74 tahun atau satu generasi. Setelah itu, secara perlahan semua kembali normal. Agama menjadi energi baru bagi kemajuan masyarakat.
Pada saat komunis tumbang, misalnya hanya tersisa 100 masjid ,namun kini terdapat 7.000an masjid seantero negeri. Sekarang jumlah Muslim meruyak menjadi 25 juta,19 persen dari semua populasi. Bahkan,Moskwa menjadi kota di Eropa dengan penduduk muslim terbanyak, yaitu 2,5 juta. Sebuah gairah beragama yang kini meraja.
Umat Islam di Rusia yang kini jumlahnya mencapai 25 juta orang memang masih belum banyak dikenal oleh masyarakat internasional. Kenyataan tersebut seolah tertutup oleh era komunisme semasa Uni Soviet. Padahal , sejarah Islam di Rusia sangat panjang dan bahkan lebih lama dibandingkan dengan kedatangan Kristen Ortodoks. Atau juga jauh lebih awal dari kedatangan Islam di Indonesia.[3]
BAB II
PEMBAHASAN

1.    SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI RUSIA
Islam masuk ke Rusia pada tahun 992 Masehi, ketika sekelompok etnis Rusia yang hidup di Siberia, yang disebut Bulgar, memeluknya dan kemudian menyebarkannya ke seluruh Rusia. Islam masuk ke Rusia dibawa para pedagang Muslim Arab dari wilayah Kaukasus dan tiba di Moskow dari utara bukan dari selatan seperti yang diduga beberapa sejarawan, mereka berpendapat bahwa Islam datang ke Moskow dari selatan, sebagai jalan paling mudah untuk gerakan kafilah pedagang. Sebab, suku-suku Cossack Rusia yang telatih untuk berperang, telah berdiri menentang penyebaran Dakwah Islam dan pengaruh Islam yang merayap menuju jantung Rusia.Hal itu kemudian memaksa para pedagang Muslim dan para da’i untuk melintasi Asia Tengah menuju Siberia, dengan bantuan kaum Tatar yang telah masuk Islam dan mendapat petunjuk kepada agama yang haq sejak abad kesembilan Masehi di Kerajaan mereka, Kerajaan Volga Bulgaria Timur, yang sekarang menjadi tanah air mereka. Daerah ini sebagian besar telah memeluk Islam pada abad kesepuluh, dan pada abad 11 dan 12, Islam menyebar di wilayah Ural, yang sekarang bernama Republik Bashkiria (Bashkortostan). Berkat para pedagang Muslim dari Arab, Iran dan Turki Islam kemudian menyebar ke berbagai bagian lain wilayah Rusia. Kaum Muslim saat ini, telah menjadi kekuatan baru di sekitar Rusia, dari Siberia di sebelah utara dan timur laut ke arah selatan.
Islam tiba di Moskow sekitar tahun 1200 Masehi, ketika itu, ibukota kerajaan Muslim ada di kota Kazan. Saat itu, Moskow membayar pajak kepada Kazan. Kazan tetap menjadi ibukota kaum muslimin sampai tahun 1552, ketika Tsar Rusia Ivan The Terrible berhasil menduduki dan menghancurkan Kazan, membakar masjid, memindahkan qubah-qubah indah ke Kremlin Moskow dan Red Square, yang masih ada sampai hari ini. Kemudian ia menduduki kota Astrakhan pada tahun 1556, Siberia Barat tahun 1598, dan pada akhir abad keenam belas tiba di daerah-daerah Muslim di Kabordino dan Chechnya. Sejak saat itu, Rusia memulai peperangan mereka melawan kaum muslimin, mereka melarang kaum muslimin melakukan praktek keagamaan dan memaksa mereka untuk mengikuti kebiasaan dan tradisi Rusia. Semua itu dilakukan dalam rangka me-rusia-kan kaum muslimin mengkristenkan mereka. Mereka memperlakukan kaum muslimin dengan kejam, menimpakan berbagai siksaan, merampas kekayaan mereka dan memperkenalkan undang-undang hukuman untuk memaksa penduduk setempat agar menolak agama Islam. Akan tetapi, mereka tidak berhasil dalam proyek ini.
Mayoritas Muslim tetap mengikuti agama mereka, kekejaman Rusia tidak mampu menghentikan penyebaran Islam. Sebaliknya Islam mencapai kemajuan baru di paruh kedua abad 18, pada masa pemerintahan Ratu Rusia, Catherine II, dengan berubahnya kebijakan Rusia terhadap umat Islam yang hidup dalam perbatasannya. Saat itu, kaum muslimin mencicipi kebebasan. Pada tahun 1764, propaganda toleransi beragama menguat, dan pada tahun 1767 pengusiran penduduk Tatar dari kota mereka, yaitu Kazan, dicabut pemerintah. Pemerintahan menuju tahap baru pada tahun 1773 dengan memberikan Tatar Volga kebebasan beragama, hak untuk membangun masjid dan sekolah Al-Quran. Pedagang Volga kemudian menjadi mediator yang sangat baik antara Tsar Rusia dan Asia Tengah. Mereka juga bertindak sebagai da’i dan muballigh, membangun masjid, sekolah dan membawa Islam kepada orang-orang yang masih semi-politheis di Bashkiria dan Siberia Barat.
Kebijakan Tsar Rusia ini bukan didasari karena kecintaan terhadap umat Islam, tetapi kebijakan yang didorong kepentingan Rusia untuk memperluas pengaruh dan kontrol atas daerah tetangga, karena ia menyadari kemungkinan untuk memanfaatkan masyarakat Muslim yang berada di Rusia, sehingga kehadiran Rusia di Asia Tengah dapat diterima bahkan diinginkan di wilayah itu. Hal itulah yang mendorong para penguasa Rusia untuk memperhatikan kekuatan politik umat Islam yang tinggal di Tsar Rusia pada saat itu.[4]
Shireen T. Hunter dan pengamat Islam Rusia lainnya  menyatakan bahwa abad 21 adalah era kebangkitan agama Islam yang setelah sekian lama mengalami penindasan dalam berbagai bidang kehidupan.[5]
2.     PERKEMBANGAN ISLAM DI RUSIA
Islam di Rusia adalah agama terbesar kedua setelah Kristen Ortodoks, yakni sekitar 21- 28 juta penduduk atau 15 - 20 persen dari sekitar 142 juta penduduk. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Rusia, pemimpin Rusia (Vladimir Putin) memasukkan menteri Muslim dalam kabinetnya dan mengakui eksistensi Muslim Rusia.
Menurut United States Department of State, terdapat sekitar 21-28 juta jumlah penduduk Muslim di Rusia, sekurang-kurangnya 15-20 persen jumlah penduduk negara ini dan membentukkan agama minoritas yang terbesar. Masyarakat besar Islam dikonsentrasikan di antara warga negara minoritas yang tinggal diantara Laut Hitam dan Laut Kaspia: Adyghe, Balkar, Nogai, Orang Chechnya, Circassian, Ingush, Kabardin, Karachay, dan banyak bilangan warga negara Dagestan.[6]
Abdullahi Ahmed An-Na’im dalam bukunya Islam dan Negara Sekuler mengatakan bahwa ketika federasi Rusia terbentuk setelah jatuhnya Uni Soviet, hubungan antara negara dan agama ditata ulang, baik melalui undang-undang dasar maupun undang-undang. Pasal 14 Undang-Undang Dasar Federasi menyatakan bahwa Rusia sebagai negara sekuler sehingga tidak akan ada negara yang dibangun berdasarkan satu agama tertentu. Undang –Undang Dasar juga menyebutkan bahwa semua asosiasi keagamaan memiliki posisi setara di depan hukum. Abdullahi Ahmed An-Na’im juga menuliskan bahwa setelah kebijakan “Perestroika”-nya Gorbachev, hubungan antara negara dan sekte-sekte keagamaan dinormalisasikan kembali oleh undang-undang (law) tahun 1990 tentang “kebebasan beragama”. Pada dekade inilah, jumlah organisasi agama yang terdaftar naik hingga 20.000 organisasi. Hanya setengah di antara organisasi-organisasi tersebut yang merupakan organisasi Kristen Ortodoks Rusia, yang berarti bahwa jumlah agama minoritas telah berkembang selama masa itu.[7]
 Faktor utama dari meningkatnya populasi muslim di Rusia selain runtuhnya Soviet adalah kelahiran. Konon, diantara komunitas agama lain di Rusia, pemeluk Islam dalam merencanakan keluarga tidak memikirkan betapa sulitnya biaya hidup di Rusia. Bagi komunitas muslim, melahirkan generasi baru yang islami merupakan misi yang jauh lebih berharga ketimbang memikirkan kesulitan hidup di Rusia.Semenjak Muslim di sana berada di bawah pemerintahan yang komunis dan mengalami masa-masa pengekangan, seperti dilarangnya membawa mushaf Al Qur'an, masjid-masjid di tutup, hingga akhirnya sekarang, Muslim Rusia telah mendapatkan hak-hak mereka dengan baik. Dan Islam pun kini menjadi agama kedua di negeri itu.[8] 
 Mayoritas Muslim di Rusia mengikuti ajaran Islam Sunni. Dalam beberapa kawasan, terutama diDagestan dan Chechnya, ada tradisi Sufisme, yang diwakili oleh tarekat Naqsyabandi dan Shazilidipimpin oleh Shaykh Said Afandi al-Chirkawi ad-Daghestani. Amalan sufi memberikan orang Kaukasus semangat kuat untuk menolak tekanan orang asing, dan telah menjadi legenda di antara pasukan Rusia yang melawan orang Kaukasus pada zaman Tsar. Orang Azeri juga pada sejarah dan masih lagi pengikut Islam Syiah, disaat republik mereka terpisah dari Uni Soviet, banyak orang Azeri yang datang ke Rusia untuk mencari pekerjaan. Qur'an pertama yang dicetak diterbitkan di KazanRusia pada 1801.
Pada era 1990-an, jumlah percetakan risalah Islam telah meningkat. Antaranya ialah beberapa buah majalah dalam bahasa Rusia, "Ислам" (transliteration: Islam), "Эхо Кавказа" (Ekho Kavkaza) dan "Исламский вестник" (Islamsky Vestnik), dan beberapa suratkhabar berbahasa Rusia seperti "Ассалам" (Assalam), dan "Нуруль Ислам" (Nurul Islam), yang diterbit di Makhachkala, Dagestan.



1.      Demografi
Menurut United States Department of State, terdapat sekitar 25 - 31 juta jumlah penduduk Muslimdi Rusia, sekurang-kurangnya 29-41 persen jumlah penduduk negara ini dan membentukkan agama mayoritas yang terbesar. Masyarakat besar Islam dikonsentrasikan di antara warga negara minoritas yang tinggal di antara Laut Hitam dan Laut KaspiaAvarAdygheBalkarNogaiOrang ChechnyaCircassian,IngushKabardinKarachay, dan banyak bilangan warga negara Dagestan. Di Volga Basin tengah ada penduduk besar Tatar dan Bashkir, kebanyakan mereka Muslim. Banyak Muslim juga tinggal di Perm Krai dan UlyanovskSamaraNizhny NovgorodMoscowTyumen, dan Leningrad Oblast(kebanyakannya kaum Tatar). Misalnya, saat ini terdapat lebih dari dua juta penduduk beragama Islam di Moskow.
Secara demografis, sebagian besar penduduk Muslim Rusia berada di kawasan Volga, Kaukasus Utara, dan kawasan sekitar Siberia yang dihuni oleh suku Tatar, Kazakh, dan Bashkir. Dari seluruh Muslim yang ada di Rusia, 16,3% berada di Republik Dagestan, 14, 6% di Bashkortostan, 13,5% di Tatarstan, 7,4% di Cechnya, 4,7% di Kabardino-Balkaria, 3% di Ingushetia, 1,9% di Karachaevo-Cherkessia, dan 0,8% di Adygea.  Secara keseluruhan, 62,3% Muslim berada di republik-republik tersebut. Adapun umat Islam di Moscow terdapat kurang lebih 3,7% dan di daerah oil-rich Tyumen 3,0% yang meliputi daerah Kazakhstan ke selatan.[9]
 2.      Masjid
Secara resmi jumlah masjid di Rusia mencapai 6790 masjid, namun jumlah sebenarnya jauh lebih besar dan terus bertambah. Di Dagestan saja terdapat antara 2000 – 3000 masjid. Dalam sepuluh tahun terakhir jumlah masjid di Tatarstan telah melebihi 2500. Di ibukota Rusia dengan jumlah pemeluk Islam yang melebihi 6 juta orang terdapat 20 komunitas Muslim dan 5 masjid. Menurut pakar data Rusia, sedikitnya terdapat 9000 masjid di Rusia. Jumlah masjid yang dibangun di Rusia kini mengalami perkembangan jumlah yang signifikan.
Pada tahun 1991 jumlah masjid yang tercatat berjumlah 300 masjid, tahun 2001 mencapai 4.000 Masjid, dan saat ini sudah lebih dari 8.000 masjid yang berada di Rusia. Sebagian besar masjid dan lembaga pendidikan Islam yang berdiri adalah hasil dari usaha swadaya masyarakat sendiri dengan adanya berbagai bantuan dan sumbangan dari warga Muslim yang kaya. Selain sebagai tempat sholat, masjid di berbagai kawasan di Rusia digunakan sebagai tempat belajar ilmu agama Islam. Namun demikian, ada juga masjid yang didirikan dengan bantuan dari asing seperti Saudi Arabia, Aljazair, dan Sudan. Masjid-masjid tersebut kemudian dimanfaatkan untuk menyebarkan ajaran Wahabi dan Islam radikal di Rusia.[10]
3.      Organisasi
Menurut data register negara, kini telah tercatat 4831 organisasi keagamaan Muslim lokal. Jumlah terbesar organisasi-organisasi keagamaan Muslim terdaftar di daerah Volga (1945), diikuti Kaukasus Utara (980) dan Ural (316). Sedangkan jumlah organisasi keagamaan Muslim di daerah lainnya lebih kecil.[1]
Mayoritas Muslim di Rusia adalah Sunni. Terdapat dua Mazhab di Rusia, yaitu Mazhab Syafii di Kaukasus Utara dan Mazhab Hanafi di wilayah negara lainnya.
Tiga organisasi Muslim menurut status dewan federal (pusat) adalah:
a.       Dewan Mufti Rusia (berbasis di Moskwa). Pemimpinnya Mufti Ravil Gainutdin. Dewan ini memimpin 1,686 komunitas.
b.      Administrasi Keagamaan Pusat dari Muslim Rusia (berbasis di Ufa). Dipimpin oleh Mufti Talgat Tadzhuddin dan mempersatukan 522 komunitas.
Pusat Koordinasi Muslim di Kaukasus Utara yang dipimpin oleh Ismail Berdiyev, Mufti Karachai-Cherkassia dan wilayah Stavropol, dan terdiri dari 830 komunitas.
4.      Pusat Keislaman dan Lembaga Keagamaan di Rusia pada Periode ini
Sebelum runtuhnya Uni Soviet, ada empat lembaga keagamaan yang didirikan pasca Perang Dunia II untuk menggantikan peran Mufti, yang telah ada pada masa Kekaisaran Rusia. Dua departemen ini berlokasi di Rusia, sedangkan dua lainnya di Uzbekistan dan Azerbaijan.
Dalam hal ini, yang terpenting adalah dua lembaga keagamaan yang ada di Rusia, dimana keduanya dianggap sebagai pemandu urusan umat Islam sesuai dengan kebijakan Soviet, keduanya tidak memiliki tugas, selain memantau situasi umat Islam dan pergerakan mereka, dan mengatur urusan mereka sesuai dengan strategi pemerintah pusat Uni Soviet. Adapun publikasi pemikiran dan budaya Islam serta memperkuat ikatan iman di antara umat Islam adalah sesuatu yang tidak diceritakan. Lembaga ini menggambarkan beberapa hal berikut:
1)      Manajemen aspek spiritual kaum Muslim Rusia Eropa dan Siberia:
Lembaga ini berpusat di Ufa (ibukota Republik Bashkiria, Rusia), dengan Tatar sebagai bahasa kerja dan daerah kerjanya meliputi republik administrasi Tatarstan dan Bashkiria serta seluruh komunitas Muslim di seluruh koloni Siberia, Rusia Timur yang ikut di bawah pemerintahan Uni Soviet.
Perlu disebutkan bahwa lembaga ini menjadi lembaga penerbitan Fatwa di era Kekaisaran Rusia, dengan Ufa sebagai pusatnya. Meskipun aktivitas lembaga ini telah berhenti setelah revolusi komunis, akan tetapi mulai aktif lagi pada era Stalin, dan Abdul Rahman Rasulaev bekerja keras membujuk Stalin untuk meredakan tekanan pada kaum muslim pada saat itu.
2)      Manajemen spiritual umat Islam di Kaukasus Utara dan Dagestan:
Pusat administrasinya di ibukota Makachkala Republik Dagestan, dan bahasa Arab adalah bahasa perkantoran. Bahasa Arab adalah bahasa sastra wilayah ini sejak ditaklukkan bangsa Arab pada abad kedelapan Hijriyah. Otoritas lembaga ini membentang meliputi semua daerah di Kaukasus Utara, Republik Dagestan, Balkaria, Chechnya dan Ingushetia, dan kaum Muslimin di Republik Ossetia Utara, daerah otonom Adag, Carachai dan Circassians.
5.      Lembaga-lembaga Keagamaan
Kaum Muslimin Rusia meyakini bahwa penyebaran ajaran Islam adalah misi global masyarakat Muslim yang membutuhkan dukungan finansial dan moral dari semua Muslim di dunia dan pengaturan skala prioritas sesuai tuntutan situasi, hal inilah yang mendorong kaum muslimin Rusia untuk mendirikan Islamic center, dengan nama “Pusat Koordinasi Urusan Agama. Sebenarnya, pusat ini menggantikan peran lembaga keagamaan masa sebelumnya yang runtuh satu demi satu, karena tidak bisa berkompromi dengan sejarah dan gagal memimpin kebangkitan Islam yang muncul setelah pergerakan Islam kontemporer, karena mentalitas kepatuhan mereka, di mana mereka memainkan peran perogatif, mengangkat dan memecat para imam dan para pengurus lembaga pengelola urusan umat Islam sesuai keinginan mereka. Selain itu, secara langsung lembaga berada di bawah naungan negara dan mengimplementasikan kebijakan Negara terlepas dari kepentingan umat Islam.
Langkah pertama yang dilakukan pasca gerakan kebangkitan Islam adalah menyatukan umat Islam dan mengatur urusan mereka setelah runtuhnya Uni Soviet, kondisi perpecahan ini membuat umat tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Di antaranya adalah pertemuan yang dihadiri hampir 120 perwakilan masjid-masjid di Republik Bashkirstan, pusat lembaga keagamaan terdahulu, mereka sepakat untuk mendirikan insitusi agama baru untuk mengatur urusan kaum Muslim Republik ini dan tidak mengaktifkan kembali lembaga pusat keagamaan warisan Uni Soviet. Dewan yang hadir sepakat untuk mendirikan institusi independen yang tidak terkait pihak manapun, dan instutusi ini kemudian tercatat di pemerintahan, sehingga memberikan legitimasi hukum. Setelah itu, diadakan pula pertemuan serupa di masing-masing Republik Tatarstan Rusia dan sungai Volga, Pertemuan-pertemuan ini diikuti dengan berdirinya berbagai institusi baru.
Untuk menghindari efek buruk yang mungkin terjadi dan agar hasil kerja keras kaum muslimin di Rusia lebih efektif, para pemimpin institusi baru ini kemudian bersepakat untuk menyatukan semua institusi ini di bawah naungan Dewan Syura yang akan mengawasi kinerjanya dan mengkoordinir antara institusi sehingga masing-masing bisa mengambil manfaat dari pihak lain dalam berbagai bidang, saling melengkapi satu sama lain, sehingga hasil yang bisa diambil menjadi lebih luas dan komprehensif. Dan puncak upaya ini adalah dengan terbentuknya “Pusat Tertinggi Koordinasi Agung Muslim Rusia” sebagai juru bicara resmi atas nama institusi terhadap negara dan luar negeri. Pusat Koordinasi ini telah menerima lisensi dari Departemen Kehakiman di Federasi Rusia pada tahun 1994, dan telah mulai bekerja diawali dengan pemilihan kepala eksekutif oleh Dewan Syura yang terdiri dari para kepala institusi cabang.[11]
Terjemahan lain dibuat oleh seseorang juru bahasa profesional adari Departement Angkatan Laut Ingris A.V Kolmakov (1792). Terjemhan tersebut berdasrkan terjemahan Al-Quran versi inggris kotemporer yang jauh dari gaya bahasa.
Pada  masa pemerintahan cucu laki-laki Catherine, Alexander I ditandai dengan berdirinya berbagai lembaga riset dan pengajaran yang berperan oenting dalam kaian islam di Rusia diantaranya:
a.       Universitas St. Ptersburg
b.      Kazaan
c.       Kharkov
d.      Institute Lazarev mempelajari tentang bahasa –bahasa oriental termasuk bahasa-bahasa oriental termasuk bahasa-bahasa Timur Dekat dan kajian islam.[12]
6.      Pendidikan
Perkembangan yang menarik lainnya juga terjadi dalam bidang pendidikan. Mulai dari Madrasah Ibtidaiyah sampai perguruan tinggi sudah ada di Rusia. Berdasarkan data dari AsiaNews, pada tahun 2011 terdapat 96 lembaga pendidikan Islam dan 7 universitas. Sebagai contohnya adalah Russian Islamic University di Kazan, Dagestan Islamic Univrsity, Islam Institute Moscow, dan Instite of Theologi and International Relations di Dagestan. Media penyiaran Islam lainnya di Rusia dilakukan melalui berbagai media komunikasi modern seperti TV, radio, dan majalah-majalah Islam seperti majalah Assalam, Nurul Islam, dan Islam. Selain itu juga terdapat media jejaring sosial Facebook Islam Rusia yang hanya bisa diakses oleh kalangan Muslim saja.

3.    Nasib Muslim di Rusia Saat Kini
Masalah yang dihadapi Muslim Rusia saat ini :
  Terorisme
Para pengamat Islam di Rusia seperti Alexei Malashenko dan Ariel Cohen menyatakan bahwa gerakan Islam Radikal di Kaukasus Utara memiliki hubungan dengan gerakan Terorisme internasional seperti al-Qaeda. Gerakan Islam radikal tersebut dilatarbelakangi oleh berbagai faktor seperti bentuk protes terhadap pemerintahan yang kafir, keinginan untuk memisahkan diri dari pemerintahan Rusia, rasa dendam terhadap masa lalu umat Islam yang mendapatkan tekanan dari Uni Soviet, dan keinginan untuk mendirikan negara yang berdasarkan Syari’ah Islam.
Mata rantai yang menghubungkan Kaukasus dengan terorisme global adalah Yusuf Muhammad al-Emirati yang datang ke Cechnya tahun 1999 dan Abdullah Kurd sebagai pemimpin berbagai peristiwa terorisme di republik Cechnya. Keduanya mati di tangan polisi Rusia pada April 2011 yang lalu.[13]
 Antara News mengabarkan bahwa pada tanggal 4 Mei 2012 di pinggiran ibukota Dagestan terjadi bom bunuh diri yang menewaskan 12 orang dan mencederai 110 orang. Pada bulan januari 2011 juga terjadi bom bunuh diri di bandara Domodedovo Moskow yang menewaskan 37 orang dan dua ledakan bom di stasiun kereta api bawah tanah Moskow pada tahun 2010 yang menewaskan 40 orang.
Berbagai peristiwa terorisme tersebut juga menjadi sebab utama pandangan negatif dari warga Rusia lainnya tentang Islam. Untuk mengatasi aksi terorisme di Rusia, pemerintah melarang masuknya paham Wahabi ke Rusia dan membangun masjid-masjid di kawasan Eropa sebagai pesan damai dari Islam Rusia dan juga bertujuan untuk menghilangkan citra buruk Islam di mata dunia.
  Korupsi dan Narkotika
    Salah satu masalah penting yang dihadapi republik-repulik Islam di Rusia khususnya di Kaukasus Utara adalah masalah korupsi. Dana yang dikucurkan dari pemerintah pusat banyak yang dikopupsi oleh para pejabat negara. Hal ini menjadi sebab utama stagnasi ekonomi yang menyebabkan terjadinya masalah pengangguran dan masuknya generasi muda dalam organisasi Islam radikal untuk menentang pemerintahan.
Untuk mengatasi hal tersebut, mantan Presiden Rusia Dmitry Medmedev pada tahun 2010 lalu membentuk North Caucasus Federal Distrik (NCFD), sebuah unit administrasi yang menggabungkan tujuh republik yang ada di Kaukasus Utara. Kemudian pada bulan Januari 2011 Vladimir Putin yang waktu itu sebagai perdana menteri mendirikan Comission for Socio-Economic Development of the North Caucasus Federal District yang mengawasi program pemerintahan di daerah tersebut. Pemerintah pusat juga memiliki rencana untuk menciptakan 400.000 lapangan pekerjaan beberapa tahun ke depan di kawasan tersebut.
Adapun mengenai maraknya pengguna narkotika di kalangan pemuda di Rusia, penulis belum mendapatkan data-data yang memadai tentang hal itu. Namun, berdasarkan hasil wawancara, kesimpulan yang didapatkan adalah masalah narkotika di kalangan pemuda Rusia menjadi suatu problem tersendiri yang menyebabkan timbulnya keresahan bagi warga Rusia khususnya warga Muslim Rusia. Diperkirakan jumlah Muslim di Rusia sekarang lebih dari 30 juta orang, meskipun statistik sejak setengah abad lalu mengatakan jumlah kaum muslimin tidak melebihi 20 juta orang. Bahkan, ada beberapa republik dalam Federasi Rusia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, seperti TatarstanChechnyaBashkortostan,DagestanIngushetiaKabardino-BalkariaKarachay-Cherkessia, dan lain-lain. Jumlah Muslim di ibu kota Moskow sekarang lebih dari satu juta orang, dan mereka menderita masalah yang secara umum dialami oleh masyarakat Rusia, terutama masalah ekonomi.[14]
 Dalam bidang ekonomi, roda ekonomi Muslim di Rusia saat ini mulai bangkit. Mereka bisa masuk dalam berbagai bidang pekerjaan yang ada mulai dari pedagang, guru, dosen, dan pejabat pemerintahan. Republik Tatarstan saat ini dikenal sebagai pusat produksi pesawat tempur, helikopter, dan truk-truk besar dengan merek Kamaz. Selain itu, daerah Kaukasus Utara merupakan daerah yang kaya dengan barang tambang, khususnya minyak bumi.[15]
Data terakhir mencatat populasi muslim negara itu mencapai 25 juta jiwa. Dengan jumlah itu, Rusia menjadi negara dengan pemeluk Islam terbesar di benua Eropa. Komunitas muslim yang selama era Soviet tertindas dan terisolasi, kini bisa melaksanakan kegiatan keagamaan dengan begitu semarak.[16]
Tantangan Masa Kini dan Masa Depan
Muslim di Rusia menghadapi berbagai serangan melalui media dan tidak adil, melalui media massa resmi yang beroperasi di negaranya yang dijalankan tangan-tangan yang mencurigakan. Islam terus menerus diberitakan dan digambarkan surat kabar dan artikel majalah secara buruk, Islam digambarkan sebagai teroris, cenderung untuk melakukan peperangan dan tindakan kriminal. Bahkan, ada beberapa program dan film yang disiarkan melalui radio dan televisi yang secara terang-terangan menghabisi Islam dengan berbagai kecurigaan dan tuduhan palsu yang tidak adil terhadap kaum muslimin. mereka lupa bahwa Islam adalah agama perdamaian, kebudayaan dan pengetahuan, dan bahwa berkat ulama Islam-lah Barat dan Timur menuai ilmu dan pengetahuan dalam berbagai bidang dan seni hingga sampai pada taraf yang sekarang dinikmati. Selain itu, berbagai propaganda yang merugikan umat Islam banyak dilakukan untuk menjauhkan mereka dari agamanya. Semua dilakukan dari dalam, secara terorganisir dan sangat berbahaya baik dengan bahasa nasional maupun lokal, seperti bahasa Dagestan, Tatar dan Bashkir.
Islam di Rusia mulai melangkah maju untuk mengambil posisinya sebagaimana di negara-negara lain, dan Islam mulai mewarnai berbagai posisi vital Rusia. Masjid yang di era sebelumnya sepi, mulai hidup kembali, suara adzan menyeru manusia untuk mendirikan shalat menggema dari berbagai menara yang menjulang tinggi sebagai pertanda lahirnya fajar baru Islam di Rusia.
Masalah lain yang dihadapi oleh umat Islam di Rusia, adalah kurangnya kader dalam jumlah yang memadai, kader yang terlatih sebagai da’i dan imam. Ini adalah sebuah persoalan yang sangat besar. beberapa masjid yang telah dikembalikan negara tidak memiliki imam dan guru untuk mengajarkan pokok ajaran agama kepada kaum muslimin dan generasi muda dan memperkenalkan mereka dengan realitas risalah Islam. Masalah ini adalah masalah yang sangat mendasar dan sangat memilukan, dan salah satu efek negatifnya, sebagian besar masjid tidak bisa mendirikan shalat Jumat.
Dalam lima tahun terakhir, berbagai upaya yang signifikan telah dilakukan untuk membangun kembali dan merekonstruksi masjid, sehingga terjadi peningkatan jumlah masjid menjadi empat ribu yang tersebar di berbagai wilayah Rusia. Jumlah itu boleh dikatakan sedikit jika dibandingkan jumlah kaum muslimin Rusia, dan juga sedikit jika dibandingkan dengan jumlah masjid pada era sebelumnya. Masalah lain yang juga sangat penting bagi umat Islam di Rusia, adalah ada empat sekolah bersejarah Islam, dimana administrasi dan pengelolaannya belum kembali kepada kaum muslimin.
Selain itu, masjid di kota Tomsk yang disebut “al-Abyadh”, sebuah masjid yang sangat kuno dan sangat jarang ada masjid seperti itu di Siberia, telah berubah menjadi pabrik minuman keras pada rezim komunis, dan pabrik itu masih ada di dalam masjid sampai hari ini.
Meskipun dalam hukum Rusia semua agama adalah sama, akan tetapi ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa gereja menikmati kebebasan lebih banyak dari umat Islam, masih banyak sekolah dan masjid yang belum dikembalikan pemerintah ke tangan kaum muslimin.[17]
Di Rusia Islam merupakan agama terbesar kedua di Rusia setelah Kristen Ortodok yang jumlahnya kurang lebih 23 juta Muslim dari 143 juta penduduk Rusia. Berdasarkan informasi dari KBRI di Moskow, presentase Muslim Rusia mencapai 18%, selebihnya Kristen Ortodok 71,8 %, katolik 1,8 %, Protestan 0,7 %, Yahudi 0,3%, Budha 0,6%, 0,9% beragam sekte dan sisanya adalah penduduk Rusia yang tidak beragama.[18]





















BAB 3
PENUTUP

Memang selama 74 tahun dibawah Uni Soviet kegiatan keagamaan bisa dibilang sangat sulit. Bahkan saja bagi pemeluk Islam, tetapi juga dialami pemeluk agama lainnya. Rumah ibadah dipusokan. Buku buku agama dibakar. Pemimpin agama dimarginalkan. Akhirnya ibadah hanya bisa dilakukan di rumah dan dakwah dilakukan secara diam diam. Baru beberapa tahun setelah Perestroika dan Glasnost, gairah beragama mulai menyala di berbagai pelosok negeri. Islam mulai membawa Rahmat bagi pemeluknya dan juga negara yang bernama Rusia. Masjid mulai didirikan dan pendidikan agama digiatkan. Semua harus dimulai dari titik nol menuju sebuah masyarakat yang lebih berperilaku islami. Kini sudah berdiri lebih 7 ribu masjid ,ratusan sekolah,dan beberapa universitas Islam di seantero negeri. Rusia juga resmi menjadi observer di organisasi Konferensi Islam.




















DAFTAR PUSTAKA

Surya, M Aji dan Kamasa, Frasminggi. Geliat Islam di Rusia Catatan Diplomat Indonesia. Jakarta: Kompas. 2012.
Diaz, Sejarah Perkembangan Islam di Rusia,dalam http://saripedia.wordpress.com/2013/05/31/sejarah-perkembangan-islam-di-rusia/  diakses pada Kamis,24 Januari 2019 pukul 15.43 WIB

Kettani, M Ali. Minoritas Muslim di Dunia Dewasa ini.Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2005.
Aluf Wahid, “Islam di Rusia:Struggle Islamism And Communism”,dalam http://www.kompasiana.com/alufwahid/islam-di-rusia-struggle-islamism-and-communism_552bf1bd6ea8343a598b46b0 diakses pada Minggu,3 Februari 2019 pukul 10.29 WIB
Ahmad ,Abdullahi An-Na’imIslam dan Negara Sekuler.Bandung: Mizan. 2007.
Azis, “Islam di Rusia Kontemporer”,dalam http://hiscultjogja.blogspot.co.id/2013/07/islam-di-rusia-kontemporer.html diakses pada Minggu, 3 Februari 2019 pukul 10.44 WIB

Dmitry Gorenburg, Russia’s Muslims: A Growing Challenge for Moscow PONARS Policy No. 421, dalam http://csis.org/files/media/csis/pubs/pm_0421.pdf diakses pada Minggu, 3 Februari 2019 pukul 10.44 WIB

Nanji , Azim. Peta Studi Islam Orientalisme Dan Arah Baru Kajian Islam di Barat.Bantul: Fajar Pustaka Baru. 2003.

Ariel Cohen, A Threat to The West: The Rise of Islamist Insurgency In The Northern Caucasus and Russia’s Inadequete Responsedalam http://www.microconflict.eu/publications/PWP9_AM_AY.pdf diakses pada Minggu,3 Februari 2019 pukul 10.36 WIB

 L. Esposito (ed.) ,John . The Islamic World: Past and Present .New York: Oxford University Pers. 2004.








[1] Aji Surya dan Frasminggi Kamasa,Geliat Islam di Rusia (Jakarta:Kompas Gramedia,2012),hlm. 9.
[2] Ibid.
[3] Ibid , hlm. 13. 
[4] Diaz, Sejarah Perkembangan Islam di Rusia, dikutip dari http://saripedia.wordpress.com/2013/05/31/sejarah-perkembangan-islam-di-rusia/ pada hari Kamis, tanggal 24 Januari 2019,jam. 15.43 WIB.
[5] M. Ali Kettani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa ini, terj. Zarkowi Soejoeti (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 79.
[6] Aluf Wahid, Islam di Rusia:Struggle Islamism And Communism, dikutip dari http://www.kompasiana.com/alufwahid/islam-di-rusia-struggle-islamism-and-communism_552bf1bd6ea8343a598b46b0 pada hari Minggu 3 Februari 2019, jam. 10.29 WIB.
[7] Abdullahi Ahmad An-Na’imIslam dan Negara Sekuler, (Bandung: Mizan,2007) hlm. 30.
[8] Aluf Wahid, Islam di Rusia:Struggle Islamism And Communism, dikutip dari http://www.kompasiana.com/alufwahid/islam-di-rusia-struggle-islamism-and-communism_552bf1bd6ea8343a598b46b0 pada hari Minggu 3 Februari 2019, jam. 10.29 WIB.

[9] Azis, Islam di Rusia Kontemporer,dikutip dari http://hiscultjogja.blogspot.co.id/2013/07/islam-di-rusia-kontemporer.html, pada hari Minggu 3 Februari 2019, jam. 10.44 WIB.

[10] Dmitry Gorenburg, Russia’s Muslims: A Growing Challenge for Moscow PONARS Policy No. 421, dikutip dari http://csis.org/files/media/csis/pubs/pm_0421.pdf ,pada hari Minggu 3 Februari 2019, jam. 10.44 WIB.
[11] Diaz, Sejarah Perkembangan Islam di Rusia, dikutip dari http://saripedia.wordpress.com/2013/05/31/sejarah-perkembangan-islam-di-rusia/ pada hari Kamis, tanggal 24 Januari 2019,jam. 15.43 WIB.
[12] Azim Nanji, Peta Studi Islam Orientalisme Dan Arah Baru Kajian Islam di Barat, (Bantul: Fajar Pustaka Baru, 2003), hlm. 139.
[13] Ariel Cohen, A Threat to The West: The Rise of Islamist Insurgency In The Northern Caucasus and Russia’s Inadequete Response, dikutip dari http://www.microconflict.eu/publications/PWP9_AM_AY.pdf, pada hari Minggu 3 Februari 2019, jam. 10.36 WIB.
[14] Diaz, Sejarah Perkembangan Islam di Rusia, dikutip dari http://saripedia.wordpress.com/2013/05/31/sejarah-perkembangan-islam-di-rusia/ pada hari Kamis, tanggal 24 Januari 2019,jam. 15.43 WIB.
[15] John L. Esposito (ed.), The Islamic World: Past and Present (New York: Oxford University Pers, 2004), hlm.  86.
[16] Aluf Wahid, Islam di Rusia:Struggle Islamism And Communism, dikutip dari http://www.kompasiana.com/alufwahid/islam-di-rusia-struggle-islamism-and-communism_552bf1bd6ea8343a598b46b0 pada hari Minggu 3 Februari 2019, jam. 10.29 WIB.
[17]Diaz, Sejarah Perkembangan Islam di Rusia, dikutip dari http://saripedia.wordpress.com/2013/05/31/sejarah-perkembangan-islam-di-rusia/ pada hari Kamis, tanggal 24 Januari 2019,jam. 15.43 WIB.

[18] Azis, “Islam di Rusia Kontemporer”,dikutip dari http://hiscultjogja.blogspot.co.id/2013/07/islam-di-rusia-kontemporer.html, pada hari Minggu 3 Februari 2019, jam. 10.44 WIB.