salah satu masjid di Rusia
Makalah disusun oleh
Erinda Listiani
siswa kelas XII IPA 1
SMA 1 Panggang
2019
KATA
PENGANTAR
Assalamu ‘alaikum Wr Wb
Alhamdulillahirobbil
‘alamin segala puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan, pengetahuan serta apresiasi kita tentang perkembangan agama
Islam di Rusia. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini
terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk
itu,kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini
dapat berguna bagi orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.
Panggang,
27 Februari 2019
Penulis
Erinda
Listiani
BAB
I
PENDAHULUAN
Islam
di Rusia?Sebuah pertanyaan yang kadang menyentak batin dan jiwa kita.Seperti
sebuah kemusykilan, kemustahilan,dan ketidakmungkinan.Tanah Rusia seolah telah
terkontaminasi secara akut dengan ajaran komunis dan sosialis . Sulit
dipurifikasikan atau dimurnikan kembali.[1]
Banyak
yang lupa dan tidak tahu,Islam masuk Rusia jauh sebelum Islam sampai di
Indonesia,ketika nenek moyang kita masih bersikukuh dengan animisme sebagai
agama utama. Saat leluhur kita masih percaya dengan kekuatan alam sebagai
penguasa jagad raya. Islam mulai merambah Rusia dengan kedatangan beberapa
sahabat Nabi Muhammad di wilayah Dagestan yang kini mayoritas masyarakatnya
memeluk Islam.[2]
Banyak
yang kurang informasi bahwa tradisi haji di Rusia sudah dimulai ratusan tahun
sebelum kita mengenalnya. Beberapa raja di wilayah tengah jazirah Rusia
melakukan ibadah haji bersama dalam satu kafilah melewati banyak negara.
Bahkan,gelar haji menjadi penting dalam kehidupan bernegara saat itu.
Yang
sering Kita pahami, Rusia adalah Uni Soviet. Sebuah tanah Tuhan yang
ditakdirkan masyarakatnya tidak mengenal Sang Pencipta. Pemilik dan pencipta
alam di sia siakan dan dinafikan. Karenanya, masyarakat Rusia tidak berakhlakul
Karimah dan bahkan senyum pun sulit disinggung kan. Seolah hanya keburukan yang
tersisa disini.
Rupanya
kita kadang terjebak dalam sebuah stigmatisasi yang salah. Terlalu enteng
menganggap bahwa sebuah masyarakat tidak berkembang alias selalu stagnan dari
waktu ke waktu. Sebuah asumsi yang secara teori apapun tidak bisa dibenarkan.
Padahal,komunisme hanya merajai Rusia sejak Revolusi Bolshevik tahun 1917
hingga menggelindingnya Perestroika dan Glasnost tahun 1991. Selama 74 tahun
atau satu generasi. Setelah itu, secara perlahan semua kembali normal. Agama
menjadi energi baru bagi kemajuan masyarakat.
Pada
saat komunis tumbang, misalnya hanya tersisa 100 masjid ,namun kini terdapat
7.000an masjid seantero negeri. Sekarang jumlah Muslim meruyak menjadi 25
juta,19 persen dari semua populasi. Bahkan,Moskwa menjadi kota di Eropa dengan
penduduk muslim terbanyak, yaitu 2,5 juta. Sebuah gairah beragama yang kini
meraja.
Umat
Islam di Rusia yang kini jumlahnya mencapai 25 juta orang memang masih belum
banyak dikenal oleh masyarakat internasional. Kenyataan tersebut seolah
tertutup oleh era komunisme semasa Uni Soviet. Padahal , sejarah Islam di Rusia
sangat panjang dan bahkan lebih lama dibandingkan dengan kedatangan Kristen
Ortodoks. Atau juga jauh lebih awal dari kedatangan Islam di Indonesia.[3]
BAB II
PEMBAHASAN
1. SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI RUSIA
Islam
masuk ke Rusia pada tahun 992 Masehi, ketika sekelompok etnis Rusia yang hidup
di Siberia, yang disebut Bulgar, memeluknya dan kemudian menyebarkannya ke
seluruh Rusia. Islam masuk ke Rusia dibawa para pedagang Muslim Arab dari
wilayah Kaukasus dan tiba di Moskow dari utara bukan dari selatan seperti yang
diduga beberapa sejarawan, mereka berpendapat bahwa Islam datang ke Moskow dari
selatan, sebagai jalan paling mudah untuk gerakan kafilah pedagang. Sebab,
suku-suku Cossack Rusia yang telatih untuk berperang, telah berdiri menentang
penyebaran Dakwah Islam dan pengaruh Islam yang merayap menuju jantung
Rusia.Hal itu kemudian memaksa para pedagang Muslim dan para da’i untuk
melintasi Asia Tengah menuju Siberia, dengan bantuan kaum Tatar yang telah
masuk Islam dan mendapat petunjuk kepada agama yang haq sejak abad kesembilan
Masehi di Kerajaan mereka, Kerajaan Volga Bulgaria Timur, yang sekarang menjadi
tanah air mereka. Daerah ini sebagian besar telah memeluk Islam pada abad
kesepuluh, dan pada abad 11 dan 12, Islam menyebar di wilayah Ural, yang
sekarang bernama Republik Bashkiria (Bashkortostan). Berkat para pedagang
Muslim dari Arab, Iran dan Turki Islam kemudian menyebar ke berbagai bagian
lain wilayah Rusia. Kaum Muslim saat ini, telah menjadi kekuatan baru di
sekitar Rusia, dari Siberia di sebelah utara dan timur laut ke arah selatan.
Islam
tiba di Moskow sekitar tahun 1200 Masehi, ketika itu, ibukota kerajaan Muslim
ada di kota Kazan. Saat itu, Moskow membayar pajak kepada Kazan. Kazan tetap menjadi
ibukota kaum muslimin sampai tahun 1552, ketika Tsar Rusia Ivan The Terrible
berhasil menduduki dan menghancurkan Kazan, membakar masjid, memindahkan
qubah-qubah indah ke Kremlin Moskow dan Red Square, yang masih ada sampai hari
ini. Kemudian ia menduduki kota Astrakhan pada tahun 1556, Siberia Barat tahun
1598, dan pada akhir abad keenam belas tiba di daerah-daerah Muslim di
Kabordino dan Chechnya. Sejak saat itu, Rusia memulai peperangan mereka melawan
kaum muslimin, mereka melarang kaum muslimin melakukan praktek keagamaan dan
memaksa mereka untuk mengikuti kebiasaan dan tradisi Rusia. Semua itu dilakukan
dalam rangka me-rusia-kan kaum muslimin mengkristenkan mereka. Mereka
memperlakukan kaum muslimin dengan kejam, menimpakan berbagai siksaan, merampas
kekayaan mereka dan memperkenalkan undang-undang hukuman untuk memaksa penduduk
setempat agar menolak agama Islam. Akan tetapi, mereka tidak berhasil dalam
proyek ini.
Mayoritas
Muslim tetap mengikuti agama mereka, kekejaman Rusia tidak mampu menghentikan
penyebaran Islam. Sebaliknya Islam mencapai kemajuan baru di paruh kedua abad
18, pada masa pemerintahan Ratu Rusia, Catherine II, dengan berubahnya
kebijakan Rusia terhadap umat Islam yang hidup dalam perbatasannya. Saat itu,
kaum muslimin mencicipi kebebasan. Pada tahun 1764, propaganda toleransi
beragama menguat, dan pada tahun 1767 pengusiran penduduk Tatar dari kota
mereka, yaitu Kazan, dicabut pemerintah. Pemerintahan menuju tahap baru pada
tahun 1773 dengan memberikan Tatar Volga kebebasan beragama, hak untuk
membangun masjid dan sekolah Al-Quran. Pedagang Volga kemudian menjadi mediator
yang sangat baik antara Tsar Rusia dan Asia Tengah. Mereka juga bertindak
sebagai da’i dan muballigh, membangun masjid, sekolah dan membawa Islam kepada
orang-orang yang masih semi-politheis di Bashkiria dan Siberia Barat.
Kebijakan
Tsar Rusia ini bukan didasari karena kecintaan terhadap umat Islam, tetapi
kebijakan yang didorong kepentingan Rusia untuk memperluas pengaruh dan kontrol
atas daerah tetangga, karena ia menyadari kemungkinan untuk memanfaatkan
masyarakat Muslim yang berada di Rusia, sehingga kehadiran Rusia di Asia Tengah
dapat diterima bahkan diinginkan di wilayah itu. Hal itulah yang mendorong para
penguasa Rusia untuk memperhatikan kekuatan politik umat Islam yang tinggal di
Tsar Rusia pada saat itu.[4]
Shireen
T. Hunter dan pengamat Islam Rusia lainnya
menyatakan bahwa abad 21 adalah era kebangkitan agama Islam yang setelah
sekian lama mengalami penindasan dalam berbagai bidang kehidupan.[5]
2. PERKEMBANGAN ISLAM DI RUSIA
Islam di Rusia adalah agama terbesar kedua setelah Kristen
Ortodoks, yakni sekitar 21- 28 juta penduduk atau 15 - 20 persen dari sekitar
142 juta penduduk. Untuk pertama kalinya dalam
sejarah Rusia, pemimpin Rusia (Vladimir Putin) memasukkan menteri Muslim dalam
kabinetnya dan mengakui eksistensi Muslim Rusia.
Menurut United States Department of State, terdapat sekitar
21-28 juta jumlah penduduk Muslim di Rusia, sekurang-kurangnya 15-20 persen
jumlah penduduk negara ini dan membentukkan agama minoritas yang terbesar.
Masyarakat besar Islam dikonsentrasikan di antara warga negara minoritas yang
tinggal diantara Laut Hitam dan Laut Kaspia: Adyghe, Balkar, Nogai, Orang
Chechnya, Circassian, Ingush, Kabardin, Karachay, dan banyak bilangan warga
negara Dagestan.[6]
Abdullahi Ahmed An-Na’im dalam bukunya Islam dan Negara
Sekuler mengatakan bahwa ketika federasi Rusia terbentuk setelah jatuhnya Uni
Soviet, hubungan antara negara dan agama ditata ulang, baik melalui
undang-undang dasar maupun undang-undang. Pasal 14 Undang-Undang Dasar Federasi
menyatakan bahwa Rusia sebagai negara sekuler sehingga tidak akan ada negara
yang dibangun berdasarkan satu agama tertentu. Undang –Undang Dasar juga
menyebutkan bahwa semua asosiasi keagamaan memiliki posisi setara di depan
hukum. Abdullahi Ahmed An-Na’im juga menuliskan bahwa setelah kebijakan
“Perestroika”-nya Gorbachev, hubungan antara negara dan sekte-sekte keagamaan
dinormalisasikan kembali oleh undang-undang (law) tahun 1990 tentang “kebebasan
beragama”. Pada dekade inilah, jumlah organisasi agama yang terdaftar naik
hingga 20.000 organisasi. Hanya setengah di antara organisasi-organisasi
tersebut yang merupakan organisasi Kristen Ortodoks Rusia, yang berarti bahwa
jumlah agama minoritas telah berkembang selama masa itu.[7]
Faktor utama dari
meningkatnya populasi muslim di Rusia selain runtuhnya Soviet adalah kelahiran.
Konon, diantara komunitas agama lain di Rusia, pemeluk Islam dalam merencanakan
keluarga tidak memikirkan betapa sulitnya biaya hidup di Rusia. Bagi komunitas
muslim, melahirkan generasi baru yang islami merupakan misi yang jauh lebih
berharga ketimbang memikirkan kesulitan hidup di Rusia.Semenjak Muslim di sana berada di bawah
pemerintahan yang komunis dan mengalami masa-masa pengekangan, seperti
dilarangnya membawa mushaf Al Qur'an, masjid-masjid di tutup, hingga akhirnya
sekarang, Muslim Rusia telah mendapatkan hak-hak mereka dengan baik. Dan Islam pun kini menjadi agama
kedua di negeri itu.[8]
Mayoritas Muslim di Rusia mengikuti ajaran
Islam Sunni. Dalam beberapa kawasan, terutama diDagestan dan Chechnya, ada tradisi Sufisme, yang diwakili oleh tarekat Naqsyabandi dan Shazilidipimpin oleh Shaykh Said Afandi al-Chirkawi ad-Daghestani. Amalan sufi memberikan orang Kaukasus
semangat kuat untuk menolak tekanan orang asing, dan telah menjadi legenda di
antara pasukan Rusia yang melawan orang Kaukasus pada zaman Tsar. Orang Azeri juga pada sejarah dan masih
lagi pengikut Islam Syiah, disaat republik mereka terpisah dari Uni Soviet,
banyak orang Azeri yang datang ke Rusia untuk mencari pekerjaan. Qur'an pertama yang dicetak diterbitkan di Kazan, Rusia pada 1801.
Pada era 1990-an, jumlah percetakan risalah Islam telah
meningkat. Antaranya ialah beberapa buah majalah dalam bahasa Rusia,
"Ислам" (transliteration: Islam), "Эхо Кавказа"
(Ekho Kavkaza) dan "Исламский вестник" (Islamsky Vestnik), dan
beberapa suratkhabar berbahasa Rusia seperti "Ассалам" (Assalam), dan
"Нуруль Ислам" (Nurul Islam), yang diterbit di Makhachkala, Dagestan.
1. Demografi
Menurut United
States Department of State,
terdapat sekitar 25 - 31 juta jumlah penduduk Muslimdi Rusia, sekurang-kurangnya 29-41 persen
jumlah penduduk negara ini dan membentukkan agama mayoritas yang terbesar.
Masyarakat besar Islam dikonsentrasikan di antara
warga negara minoritas yang tinggal di antara Laut
Hitam dan Laut Kaspia: Avar, Adyghe, Balkar, Nogai, Orang
Chechnya, Circassian,Ingush, Kabardin, Karachay, dan banyak bilangan warga
negara Dagestan. Di Volga
Basin tengah
ada penduduk besar Tatar dan Bashkir, kebanyakan mereka Muslim. Banyak Muslim juga tinggal di Perm
Krai dan Ulyanovsk, Samara, Nizhny
Novgorod, Moscow, Tyumen, dan Leningrad
Oblast(kebanyakannya
kaum Tatar). Misalnya, saat ini terdapat lebih dari dua juta penduduk
beragama Islam di Moskow.
Secara demografis, sebagian besar penduduk Muslim Rusia
berada di kawasan Volga, Kaukasus Utara, dan kawasan sekitar Siberia yang
dihuni oleh suku Tatar, Kazakh, dan Bashkir. Dari seluruh Muslim yang ada di
Rusia, 16,3% berada di Republik Dagestan, 14, 6% di Bashkortostan, 13,5% di
Tatarstan, 7,4% di Cechnya, 4,7% di Kabardino-Balkaria, 3% di Ingushetia, 1,9%
di Karachaevo-Cherkessia, dan 0,8% di Adygea. Secara keseluruhan, 62,3%
Muslim berada di republik-republik tersebut. Adapun umat Islam di Moscow
terdapat kurang lebih 3,7% dan di daerah oil-rich Tyumen 3,0% yang meliputi
daerah Kazakhstan ke selatan.[9]
2.
Masjid
Secara resmi jumlah masjid di Rusia mencapai 6790 masjid,
namun jumlah sebenarnya jauh lebih besar dan terus bertambah. Di Dagestan saja terdapat antara 2000 – 3000 masjid. Dalam sepuluh
tahun terakhir jumlah masjid di Tatarstan telah melebihi 2500. Di
ibukota Rusia dengan jumlah pemeluk Islam yang melebihi 6 juta orang terdapat
20 komunitas Muslim dan 5 masjid. Menurut pakar data Rusia, sedikitnya terdapat
9000 masjid di Rusia. Jumlah masjid yang dibangun di Rusia kini mengalami
perkembangan jumlah yang signifikan.
Pada tahun 1991 jumlah masjid yang tercatat berjumlah 300 masjid, tahun 2001
mencapai 4.000 Masjid, dan saat ini sudah lebih dari 8.000 masjid yang berada
di Rusia. Sebagian
besar masjid dan lembaga pendidikan Islam yang berdiri adalah hasil dari usaha
swadaya masyarakat sendiri dengan adanya berbagai bantuan dan sumbangan dari
warga Muslim yang kaya. Selain sebagai tempat sholat, masjid di berbagai
kawasan di Rusia digunakan sebagai tempat belajar ilmu agama Islam. Namun
demikian, ada juga masjid yang didirikan dengan bantuan dari asing seperti
Saudi Arabia, Aljazair, dan Sudan. Masjid-masjid tersebut kemudian dimanfaatkan
untuk menyebarkan ajaran Wahabi dan Islam radikal di Rusia.[10]
3. Organisasi
Menurut data register negara, kini telah tercatat 4831
organisasi keagamaan Muslim lokal. Jumlah terbesar organisasi-organisasi
keagamaan Muslim terdaftar di daerah Volga (1945), diikuti Kaukasus Utara (980) dan Ural (316). Sedangkan jumlah
organisasi keagamaan Muslim di daerah lainnya lebih kecil.[1]
Mayoritas Muslim di Rusia adalah Sunni. Terdapat dua Mazhab di Rusia, yaitu Mazhab Syafii di Kaukasus Utara dan Mazhab Hanafi di wilayah negara lainnya.
a. Dewan Mufti Rusia
(berbasis di Moskwa). Pemimpinnya Mufti Ravil Gainutdin. Dewan ini memimpin
1,686 komunitas.
b. Administrasi Keagamaan
Pusat dari Muslim Rusia (berbasis di Ufa). Dipimpin oleh Mufti Talgat
Tadzhuddin dan mempersatukan 522 komunitas.
Pusat Koordinasi Muslim di Kaukasus Utara yang dipimpin
oleh Ismail Berdiyev, Mufti Karachai-Cherkassia dan wilayah Stavropol, dan
terdiri dari 830 komunitas.
4. Pusat Keislaman dan Lembaga
Keagamaan di Rusia pada Periode ini
Sebelum runtuhnya Uni Soviet, ada empat lembaga keagamaan
yang didirikan pasca Perang Dunia II untuk menggantikan peran Mufti, yang telah
ada pada masa Kekaisaran Rusia. Dua departemen ini berlokasi di Rusia, sedangkan
dua lainnya di Uzbekistan dan Azerbaijan.
Dalam hal ini, yang terpenting adalah dua lembaga keagamaan
yang ada di Rusia, dimana keduanya dianggap sebagai pemandu urusan umat Islam
sesuai dengan kebijakan Soviet, keduanya tidak memiliki tugas, selain memantau
situasi umat Islam dan pergerakan mereka, dan mengatur urusan mereka sesuai
dengan strategi pemerintah pusat Uni Soviet. Adapun publikasi pemikiran dan
budaya Islam serta memperkuat ikatan iman di antara umat Islam adalah sesuatu
yang tidak diceritakan. Lembaga ini menggambarkan beberapa hal berikut:
1) Manajemen aspek spiritual kaum
Muslim Rusia Eropa dan Siberia:
Lembaga ini berpusat di Ufa (ibukota Republik Bashkiria,
Rusia), dengan Tatar sebagai bahasa kerja dan daerah kerjanya meliputi republik
administrasi Tatarstan dan Bashkiria serta seluruh komunitas Muslim di seluruh
koloni Siberia, Rusia Timur yang ikut di bawah pemerintahan Uni Soviet.
Perlu disebutkan bahwa lembaga ini menjadi lembaga
penerbitan Fatwa di era Kekaisaran Rusia, dengan Ufa sebagai pusatnya. Meskipun
aktivitas lembaga ini telah berhenti setelah revolusi komunis, akan tetapi
mulai aktif lagi pada era Stalin, dan Abdul Rahman Rasulaev bekerja keras
membujuk Stalin untuk meredakan tekanan pada kaum muslim pada saat itu.
2) Manajemen spiritual umat
Islam di Kaukasus Utara dan Dagestan:
Pusat administrasinya di ibukota Makachkala Republik
Dagestan, dan bahasa Arab adalah bahasa perkantoran. Bahasa Arab adalah bahasa
sastra wilayah ini sejak ditaklukkan bangsa Arab pada abad kedelapan Hijriyah.
Otoritas lembaga ini membentang meliputi semua daerah di Kaukasus Utara,
Republik Dagestan, Balkaria, Chechnya dan Ingushetia, dan kaum Muslimin di
Republik Ossetia Utara, daerah otonom Adag, Carachai dan Circassians.
5. Lembaga-lembaga Keagamaan
Kaum Muslimin Rusia meyakini bahwa penyebaran ajaran Islam
adalah misi global masyarakat Muslim yang membutuhkan dukungan finansial dan
moral dari semua Muslim di dunia dan pengaturan skala prioritas sesuai tuntutan
situasi, hal inilah yang mendorong kaum muslimin Rusia untuk mendirikan Islamic
center, dengan nama “Pusat Koordinasi Urusan Agama. Sebenarnya, pusat ini
menggantikan peran lembaga keagamaan masa sebelumnya yang runtuh satu demi
satu, karena tidak bisa berkompromi dengan sejarah dan gagal memimpin
kebangkitan Islam yang muncul setelah pergerakan Islam kontemporer, karena
mentalitas kepatuhan mereka, di mana mereka memainkan peran perogatif,
mengangkat dan memecat para imam dan para pengurus lembaga pengelola urusan
umat Islam sesuai keinginan mereka. Selain itu, secara langsung lembaga berada
di bawah naungan negara dan mengimplementasikan kebijakan Negara terlepas dari
kepentingan umat Islam.
Langkah pertama yang dilakukan pasca gerakan kebangkitan
Islam adalah menyatukan umat Islam dan mengatur urusan mereka setelah runtuhnya
Uni Soviet, kondisi perpecahan ini membuat umat tidak dapat mencapai tujuan
yang diinginkan. Di antaranya adalah pertemuan yang dihadiri hampir 120
perwakilan masjid-masjid di Republik Bashkirstan, pusat lembaga keagamaan
terdahulu, mereka sepakat untuk mendirikan insitusi agama baru untuk mengatur
urusan kaum Muslim Republik ini dan tidak mengaktifkan kembali lembaga pusat
keagamaan warisan Uni Soviet. Dewan yang hadir sepakat untuk mendirikan
institusi independen yang tidak terkait pihak manapun, dan instutusi ini
kemudian tercatat di pemerintahan, sehingga memberikan legitimasi hukum.
Setelah itu, diadakan pula pertemuan serupa di masing-masing Republik Tatarstan
Rusia dan sungai Volga, Pertemuan-pertemuan ini diikuti dengan berdirinya
berbagai institusi baru.
Untuk menghindari efek buruk yang mungkin terjadi dan agar
hasil kerja keras kaum muslimin di Rusia lebih efektif, para pemimpin institusi
baru ini kemudian bersepakat untuk menyatukan semua institusi ini di bawah
naungan Dewan Syura yang akan mengawasi kinerjanya dan mengkoordinir antara
institusi sehingga masing-masing bisa mengambil manfaat dari pihak lain dalam
berbagai bidang, saling melengkapi satu sama lain, sehingga hasil yang bisa
diambil menjadi lebih luas dan komprehensif. Dan puncak upaya ini adalah dengan
terbentuknya “Pusat Tertinggi Koordinasi Agung Muslim Rusia” sebagai juru
bicara resmi atas nama institusi terhadap negara dan luar negeri. Pusat
Koordinasi ini telah menerima lisensi dari Departemen Kehakiman di Federasi
Rusia pada tahun 1994, dan telah mulai bekerja diawali dengan pemilihan kepala
eksekutif oleh Dewan Syura yang terdiri dari para kepala institusi cabang.[11]
Terjemahan lain dibuat oleh seseorang juru bahasa
profesional adari Departement Angkatan Laut Ingris A.V Kolmakov (1792).
Terjemhan tersebut berdasrkan terjemahan Al-Quran versi inggris kotemporer yang
jauh dari gaya bahasa.
Pada masa pemerintahan cucu laki-laki Catherine,
Alexander I ditandai dengan berdirinya berbagai lembaga riset dan pengajaran
yang berperan oenting dalam kaian islam di Rusia diantaranya:
a. Universitas St.
Ptersburg
b. Kazaan
c. Kharkov
d. Institute Lazarev
mempelajari tentang bahasa –bahasa oriental termasuk bahasa-bahasa oriental
termasuk bahasa-bahasa Timur Dekat dan kajian islam.[12]
6. Pendidikan
Perkembangan yang menarik lainnya juga terjadi dalam bidang
pendidikan. Mulai dari Madrasah Ibtidaiyah sampai perguruan
tinggi sudah ada di Rusia. Berdasarkan data dari AsiaNews, pada tahun 2011
terdapat 96 lembaga pendidikan Islam dan 7 universitas. Sebagai contohnya
adalah Russian Islamic University di Kazan, Dagestan Islamic Univrsity, Islam
Institute Moscow, dan Instite of Theologi and International Relations di
Dagestan. Media penyiaran Islam lainnya di Rusia dilakukan melalui berbagai
media komunikasi modern seperti TV, radio, dan majalah-majalah Islam seperti
majalah Assalam, Nurul Islam, dan Islam. Selain itu juga terdapat media
jejaring sosial Facebook Islam Rusia yang hanya
bisa diakses oleh kalangan Muslim saja.
3. Nasib Muslim di Rusia Saat Kini
Masalah yang dihadapi Muslim Rusia saat ini :
Terorisme
Para pengamat Islam di Rusia seperti Alexei Malashenko dan
Ariel Cohen menyatakan bahwa gerakan Islam Radikal di Kaukasus Utara memiliki
hubungan dengan gerakan Terorisme internasional seperti al-Qaeda. Gerakan Islam
radikal tersebut dilatarbelakangi oleh berbagai faktor seperti bentuk protes
terhadap pemerintahan yang kafir, keinginan untuk memisahkan diri dari pemerintahan
Rusia, rasa dendam terhadap masa lalu umat Islam yang mendapatkan tekanan dari
Uni Soviet, dan keinginan untuk mendirikan negara yang berdasarkan Syari’ah
Islam.
Mata rantai yang menghubungkan Kaukasus dengan terorisme
global adalah Yusuf Muhammad al-Emirati yang datang ke Cechnya tahun 1999 dan
Abdullah Kurd sebagai pemimpin berbagai peristiwa terorisme di republik
Cechnya. Keduanya mati di tangan polisi Rusia pada April 2011 yang lalu.[13]
Antara News
mengabarkan bahwa pada tanggal 4 Mei 2012 di pinggiran ibukota Dagestan terjadi
bom bunuh diri yang menewaskan 12 orang dan mencederai 110 orang. Pada bulan
januari 2011 juga terjadi bom bunuh diri di bandara Domodedovo Moskow yang
menewaskan 37 orang dan dua ledakan bom di stasiun kereta api bawah tanah
Moskow pada tahun 2010 yang menewaskan 40 orang.
Berbagai peristiwa terorisme tersebut juga menjadi
sebab utama pandangan negatif dari warga Rusia lainnya tentang Islam. Untuk
mengatasi aksi terorisme di Rusia, pemerintah melarang masuknya paham Wahabi ke
Rusia dan membangun masjid-masjid di kawasan Eropa sebagai pesan damai dari
Islam Rusia dan juga bertujuan untuk menghilangkan citra buruk Islam di mata
dunia.
Korupsi
dan Narkotika
Salah satu masalah penting yang dihadapi
republik-repulik Islam di Rusia khususnya di Kaukasus Utara adalah masalah
korupsi. Dana yang dikucurkan dari pemerintah pusat banyak yang dikopupsi oleh
para pejabat negara. Hal ini menjadi sebab utama stagnasi ekonomi yang
menyebabkan terjadinya masalah pengangguran dan masuknya generasi muda dalam
organisasi Islam radikal untuk menentang pemerintahan.
Untuk mengatasi hal tersebut, mantan Presiden Rusia Dmitry
Medmedev pada tahun 2010 lalu membentuk North Caucasus Federal Distrik (NCFD),
sebuah unit administrasi yang menggabungkan tujuh republik yang ada di Kaukasus
Utara. Kemudian pada bulan Januari 2011 Vladimir Putin yang waktu itu sebagai
perdana menteri mendirikan Comission for Socio-Economic Development of the
North Caucasus Federal District yang mengawasi program pemerintahan di daerah
tersebut. Pemerintah pusat juga memiliki rencana untuk menciptakan 400.000
lapangan pekerjaan beberapa tahun ke depan di kawasan tersebut.
Adapun mengenai maraknya pengguna narkotika di kalangan
pemuda di Rusia, penulis belum mendapatkan data-data yang memadai tentang hal
itu. Namun, berdasarkan hasil wawancara, kesimpulan yang didapatkan adalah
masalah narkotika di kalangan pemuda Rusia menjadi suatu problem tersendiri
yang menyebabkan timbulnya keresahan bagi warga Rusia khususnya warga Muslim
Rusia. Diperkirakan jumlah Muslim di Rusia sekarang lebih dari 30 juta orang,
meskipun statistik sejak setengah abad lalu mengatakan jumlah kaum muslimin
tidak melebihi 20 juta orang. Bahkan, ada beberapa republik dalam Federasi Rusia yang mayoritas penduduknya
beragama Islam, seperti Tatarstan, Chechnya, Bashkortostan,Dagestan, Ingushetia, Kabardino-Balkaria, Karachay-Cherkessia, dan lain-lain. Jumlah Muslim di
ibu kota Moskow sekarang lebih dari satu juta orang, dan mereka menderita
masalah yang secara umum dialami oleh masyarakat Rusia, terutama masalah
ekonomi.[14]
Dalam bidang ekonomi,
roda ekonomi Muslim di Rusia saat ini mulai bangkit. Mereka bisa masuk dalam
berbagai bidang pekerjaan yang ada mulai dari pedagang, guru, dosen, dan
pejabat pemerintahan. Republik Tatarstan saat ini dikenal sebagai pusat
produksi pesawat tempur, helikopter, dan truk-truk besar dengan merek Kamaz.
Selain itu, daerah Kaukasus Utara merupakan daerah yang kaya dengan barang
tambang, khususnya minyak bumi.[15]
Data terakhir mencatat populasi muslim negara itu mencapai
25 juta jiwa. Dengan jumlah itu, Rusia menjadi negara dengan pemeluk Islam
terbesar di benua Eropa. Komunitas muslim yang selama era Soviet tertindas dan
terisolasi, kini bisa melaksanakan kegiatan keagamaan dengan begitu semarak.[16]
Tantangan Masa Kini dan Masa Depan
Muslim di Rusia menghadapi berbagai serangan melalui media
dan tidak adil, melalui media massa resmi yang beroperasi di negaranya yang
dijalankan tangan-tangan yang mencurigakan. Islam terus menerus diberitakan dan
digambarkan surat kabar dan artikel majalah secara buruk, Islam digambarkan
sebagai teroris, cenderung untuk melakukan peperangan dan tindakan kriminal.
Bahkan, ada beberapa program dan film yang disiarkan melalui radio dan televisi
yang secara terang-terangan menghabisi Islam dengan berbagai kecurigaan dan
tuduhan palsu yang tidak adil terhadap kaum muslimin. mereka lupa bahwa Islam adalah
agama perdamaian, kebudayaan dan pengetahuan, dan bahwa berkat ulama Islam-lah
Barat dan Timur menuai ilmu dan pengetahuan dalam berbagai bidang dan seni
hingga sampai pada taraf yang sekarang dinikmati. Selain itu, berbagai
propaganda yang merugikan umat Islam banyak dilakukan untuk menjauhkan mereka
dari agamanya. Semua dilakukan dari dalam, secara terorganisir dan sangat
berbahaya baik dengan bahasa nasional maupun lokal, seperti bahasa Dagestan,
Tatar dan Bashkir.
Islam di Rusia mulai melangkah maju untuk mengambil
posisinya sebagaimana di negara-negara lain, dan Islam mulai mewarnai berbagai
posisi vital Rusia. Masjid yang di era sebelumnya sepi, mulai hidup kembali,
suara adzan menyeru manusia untuk mendirikan shalat menggema dari berbagai menara
yang menjulang tinggi sebagai pertanda lahirnya fajar baru Islam di Rusia.
Masalah lain yang dihadapi oleh umat Islam di Rusia, adalah
kurangnya kader dalam jumlah yang memadai, kader yang terlatih sebagai da’i dan
imam. Ini adalah sebuah persoalan yang sangat besar. beberapa masjid yang telah
dikembalikan negara tidak memiliki imam dan guru untuk mengajarkan pokok ajaran
agama kepada kaum muslimin dan generasi muda dan memperkenalkan mereka dengan
realitas risalah Islam. Masalah ini adalah masalah yang sangat mendasar dan
sangat memilukan, dan salah satu efek negatifnya, sebagian besar masjid tidak
bisa mendirikan shalat Jumat.
Dalam lima tahun terakhir, berbagai upaya yang signifikan
telah dilakukan untuk membangun kembali dan merekonstruksi masjid, sehingga
terjadi peningkatan jumlah masjid menjadi empat ribu yang tersebar di berbagai
wilayah Rusia. Jumlah itu boleh dikatakan sedikit jika dibandingkan jumlah kaum
muslimin Rusia, dan juga sedikit jika dibandingkan dengan jumlah masjid pada
era sebelumnya. Masalah lain yang juga sangat penting bagi umat Islam di Rusia,
adalah ada empat sekolah bersejarah Islam, dimana administrasi dan
pengelolaannya belum kembali kepada kaum muslimin.
Selain itu, masjid di kota Tomsk yang disebut “al-Abyadh”,
sebuah masjid yang sangat kuno dan sangat jarang ada masjid seperti itu di
Siberia, telah berubah menjadi pabrik minuman keras pada rezim komunis, dan
pabrik itu masih ada di dalam masjid sampai hari ini.
Meskipun dalam hukum Rusia semua agama adalah sama, akan
tetapi ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa gereja menikmati kebebasan lebih
banyak dari umat Islam, masih banyak sekolah dan masjid yang belum dikembalikan
pemerintah ke tangan kaum muslimin.[17]
Di Rusia Islam merupakan agama terbesar kedua di Rusia
setelah Kristen Ortodok yang jumlahnya kurang lebih 23 juta Muslim dari 143
juta penduduk Rusia. Berdasarkan informasi dari KBRI di Moskow, presentase
Muslim Rusia mencapai 18%, selebihnya Kristen Ortodok 71,8 %, katolik 1,8 %,
Protestan 0,7 %, Yahudi 0,3%, Budha 0,6%, 0,9% beragam sekte dan sisanya adalah
penduduk Rusia yang tidak beragama.[18]
BAB 3
PENUTUP
Memang
selama 74 tahun dibawah Uni Soviet kegiatan keagamaan bisa dibilang sangat
sulit. Bahkan saja bagi pemeluk Islam, tetapi juga dialami pemeluk agama
lainnya. Rumah ibadah dipusokan. Buku buku agama dibakar. Pemimpin agama
dimarginalkan. Akhirnya ibadah hanya bisa dilakukan di rumah dan dakwah
dilakukan secara diam diam. Baru beberapa tahun setelah Perestroika dan
Glasnost, gairah beragama mulai menyala di berbagai pelosok negeri. Islam mulai
membawa Rahmat bagi pemeluknya dan juga negara yang bernama Rusia. Masjid mulai
didirikan dan pendidikan agama digiatkan. Semua harus dimulai dari titik nol
menuju sebuah masyarakat yang lebih berperilaku islami. Kini sudah berdiri
lebih 7 ribu masjid ,ratusan sekolah,dan beberapa universitas Islam di seantero
negeri. Rusia juga resmi menjadi observer di organisasi Konferensi Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Surya, M Aji dan Kamasa, Frasminggi. Geliat
Islam di Rusia Catatan Diplomat Indonesia. Jakarta: Kompas. 2012.
Diaz, “Sejarah Perkembangan Islam di Rusia”,dalam http://saripedia.wordpress.com/2013/05/31/sejarah-perkembangan-islam-di-rusia/ diakses pada Kamis,24 Januari 2019 pukul 15.43 WIB
Kettani, M
Ali. Minoritas
Muslim di Dunia Dewasa ini.Jakarta: Raja Grafindo
Persada. 2005.
Aluf Wahid, “Islam di Rusia:Struggle Islamism And
Communism”,dalam http://www.kompasiana.com/alufwahid/islam-di-rusia-struggle-islamism-and-communism_552bf1bd6ea8343a598b46b0
diakses pada Minggu,3 Februari 2019 pukul 10.29 WIB
Ahmad
,Abdullahi An-Na’im. Islam dan
Negara Sekuler.Bandung: Mizan. 2007.
Azis, “Islam di Rusia Kontemporer”,dalam http://hiscultjogja.blogspot.co.id/2013/07/islam-di-rusia-kontemporer.html diakses pada Minggu,
3 Februari 2019 pukul 10.44 WIB
Dmitry Gorenburg, “Russia’s Muslims: A Growing Challenge for Moscow
PONARS Policy No. 421”, dalam http://csis.org/files/media/csis/pubs/pm_0421.pdf diakses
pada Minggu,
3 Februari 2019 pukul 10.44 WIB
Nanji , Azim. Peta Studi Islam Orientalisme Dan
Arah Baru Kajian Islam di Barat.Bantul: Fajar Pustaka Baru.
2003.
Ariel Cohen, “A Threat
to The West: The Rise of Islamist Insurgency In The Northern Caucasus and
Russia’s Inadequete Response, dalam http://www.microconflict.eu/publications/PWP9_AM_AY.pdf diakses pada Minggu,3 Februari 2019 pukul 10.36 WIB
L. Esposito (ed.) ,John . The Islamic World: Past and Present .New York: Oxford University Pers. 2004.
[1] Aji Surya dan
Frasminggi Kamasa,Geliat Islam di Rusia
(Jakarta:Kompas Gramedia,2012),hlm. 9.
[2] Ibid.
[4] Diaz, “Sejarah Perkembangan Islam di Rusia”, dikutip dari http://saripedia.wordpress.com/2013/05/31/sejarah-perkembangan-islam-di-rusia/ pada hari Kamis, tanggal 24 Januari 2019,jam. 15.43 WIB.
[5] M. Ali
Kettani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa ini, terj. Zarkowi
Soejoeti (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 79.
[6] Aluf Wahid, Islam di
Rusia:Struggle Islamism And Communism, dikutip dari http://www.kompasiana.com/alufwahid/islam-di-rusia-struggle-islamism-and-communism_552bf1bd6ea8343a598b46b0 pada hari Minggu 3 Februari 2019, jam. 10.29 WIB.
[8] Aluf Wahid, Islam di Rusia:Struggle Islamism And Communism, dikutip dari http://www.kompasiana.com/alufwahid/islam-di-rusia-struggle-islamism-and-communism_552bf1bd6ea8343a598b46b0 pada hari Minggu
3 Februari 2019, jam. 10.29 WIB.
[9] Azis, Islam
di Rusia Kontemporer,dikutip dari http://hiscultjogja.blogspot.co.id/2013/07/islam-di-rusia-kontemporer.html, pada hari Minggu
3 Februari 2019, jam. 10.44 WIB.
[10] Dmitry Gorenburg, Russia’s Muslims: A Growing Challenge for Moscow PONARS Policy No. 421, dikutip
dari http://csis.org/files/media/csis/pubs/pm_0421.pdf ,pada hari Minggu
3 Februari 2019, jam. 10.44 WIB.
[11] Diaz, “Sejarah
Perkembangan Islam di Rusia”, dikutip dari http://saripedia.wordpress.com/2013/05/31/sejarah-perkembangan-islam-di-rusia/ pada hari Kamis, tanggal 24
Januari 2019,jam. 15.43 WIB.
[12] Azim Nanji, Peta Studi Islam Orientalisme Dan Arah
Baru Kajian Islam di Barat, (Bantul: Fajar Pustaka Baru, 2003), hlm.
139.
[13] Ariel Cohen, A Threat to The West: The Rise of Islamist Insurgency In The Northern
Caucasus and Russia’s Inadequete Response, dikutip dari http://www.microconflict.eu/publications/PWP9_AM_AY.pdf, pada hari Minggu 3
Februari 2019, jam. 10.36 WIB.
[14] Diaz, “Sejarah
Perkembangan Islam di Rusia”, dikutip dari http://saripedia.wordpress.com/2013/05/31/sejarah-perkembangan-islam-di-rusia/ pada hari Kamis, tanggal 24
Januari 2019,jam. 15.43 WIB.
[15] John L. Esposito (ed.), The Islamic World: Past and
Present (New York: Oxford University Pers, 2004), hlm. 86.
[16] Aluf Wahid, Islam di Rusia:Struggle Islamism And Communism, dikutip dari http://www.kompasiana.com/alufwahid/islam-di-rusia-struggle-islamism-and-communism_552bf1bd6ea8343a598b46b0 pada hari Minggu
3 Februari 2019, jam. 10.29 WIB.
[17]Diaz, “Sejarah
Perkembangan Islam di Rusia”, dikutip dari http://saripedia.wordpress.com/2013/05/31/sejarah-perkembangan-islam-di-rusia/ pada hari Kamis, tanggal 24
Januari 2019,jam. 15.43 WIB.
[18] Azis, “Islam di Rusia Kontemporer”,dikutip dari http://hiscultjogja.blogspot.co.id/2013/07/islam-di-rusia-kontemporer.html, pada hari Minggu
3 Februari 2019, jam. 10.44 WIB.