- Pendahuluan
Berdasarkan informasi beberapa sumber, salah seorang pemuka muslim yang terkenal dalam proses penyebaran Islam di China yaitu Sa’ad bin Abi Waqas melalui “Jalur Sutra” lebih kurang pada abad keempat dan kelima Hijriah. Sa’ad memperoleh penghormatan yang sangat spesial terutama dari Yung Wei, yang ketika itu menjabat sebagai Kaisar pada Dinasti Tang. Sejak saat itu, Islam mulai tumbuh di wilayah tersebut. Dinasti demi dinasti pun terus berganti, sampai akhirnya China berubah menjadi sebuah Republik dengan rezim komunis berkuasa di wilayah itu, yang kemudian terkenal dengan sebutan RRC (Republik Rakyat China). Kendatipun begitu, semangat yang dimiliki oleh minoritas muslim di kawasan itu tak pernah pudar sampai sekarang. Islam, yang diperkenalkan oleh para saudagar yang taat dan cerdas (Arab dan Persia) berabad-abad yang silam, benar-benar telah mengurat-akar dan berpengaruh besar dalam berbagai sendi kehidupan muslim di negeri “Tirai Bambu” tersebut, tidak hanya dalam pemikiran, namun juga dalam sistem nilai dan norma bagi masyarakat muslim di China hari ini. Disadari ataupun tidak, rakyat China telah banyak sekali mengadopsi berbagai ilmu pengetahuan Islam dari masa ke masa.
Adapun sebelum dakwah Islam sampai ke negeri China, yaitu pada masa klasik, negeri ini merupakan negara yang maju dan berbudaya, apalagi ketika dinasti tang berkuasa. Maka tak heran kalau ada sebuah hadits mengatakan, “Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China.” Adapun kepercayaan atau agama yang dianut sebelum Islam datang ke China antara lain : (1) Kong Hu Cu atau Konfusiasisme (mulai dikenal 531 SM), (2) Agama Tao atau Taoisme yang dibawa oleh Lao Tzu (640 SM)[1], dan yang terakhir berkembang adalah agama Budha yang mulai berkembang secara merata pada masa dinasti Sui dan Tang.
- Masuknya Islam ke China
Teori yang kedua mengatakan Islam masuk ke China melalui Jalur perkawinan, di mana kalau diperhatikan wajah-wajah mereka sangat mirip dengan wajah orang Arab, Parsi, Turki, Uzbekistan, Afganistan dan ada yang kelihatan seperti orang Pakistan. Perkawinan di antara bangsa tersebut telah membantu mempercepat perkembangan dan penerimaan Islam di kalangan masyarakat China.[3]
Teori ketiga adalah melaui jalur perdangangan Lada. Jalur ini dipergunakan oleh saudagar Arab yang melakukan perdagangan melalui laut. Salah satu kesan akan kedatangan para pedagang tersebut adalah berdirinya mesjid-mesjid lama di Guangzhou. Begitu pula dengan peninggalan batu nisan yang telah berukir dengan kaligrafi Arab yang indah yang bisa didapatkan di lokasi itu.[4]
- Perkembangan Islam dalam masa lima dinasti
- Dinasti Tang (618-907 M) masa keemasan
- Dinasti Sung (960 – 1279 M)
- Dinasti Yuan (1279 – 1368 M) bangsa Mongol
- Dinasti Ming (1368 – 1644) masa keemasan
- Akulturasi dan Asimilasi. Proses panjang akulturasi dua kebudayaan terlihat mewarnai dinasti ini, nampak dari berkembangnya porselen dengan hiasan ukiran Arab, makam, kaligrafi China dan sebagainya. Dalam hal asimilasi, contohnya proses dimana setelah orang Islam menikah dengan wanita Han berganti nama, misalnya Khalid menjadi Kha, Abdullah menjadi Lah, Daud menjadi Dah, Sa’ad menjadi Sa.[12] Seperti itu juga berlaku pada pakaian, sampai sekarang yang banyak dipakai orang Islam dinamakan baju koko berasal dari China bukan dari arab
- Gerakan keagamaan. Munculnya gerakan tasawuf/ sufi dan aliran sekte keagamaan. Adapun gerakan tasawuf yang berkembang adalah tarekat Qodiriyah, Naqsabandiyah, Jahariyah dan Khufiyah. Dan yang berkembang pesat adalah tarekat Naqsabandiyah di Xinjiang. Kebijakan-kebijakan saat itu sangat menguntungkan umat Islam, dan umat Islam pun loyal dengan idnasti Ming, ini dibuktikan pada masa pendudukan bangsa asing Manchu, umat Islam terus-menerus memimpin pemberontakan.[13]
- Dalam bidang pendidikan dan sains terjadi penerjemahan buku ilmu pasti dan astronomi dari bahasa arab ke China dan juga penerjemahan al-quran dalam bahasa china, setidaknya pada pemerintahan Zhung Xiang kaisar terakhir dinasti Ming.[14] Pendapat lain datang dari Tien Ying Ma, penterjemahan al-Quran kedalam bahasa China benar-benar telah selesai pada tahun 1927 oleh Mr. Lee Tiek Tsing.[15] Dalam bidang astronomi, berhasil membangun observatorium untuk mengamati peredaran bintang dan planet. Menurut Sachiko Murata, ada dua tokoh sufi yang sangat berperan dalam alam pikiran umat Islam China yaitu Wang Tai Yu dan Liu Chih. Karya utama Wang Tai Yu adalah Cheng Chiao Chen Ch’huan (tafsir hakiki tentang ajaran sejati), Ch’ing Chen Ta hsuan (Ajaran agung yang suci dan hakiki) dan His Chen Cheng Ta (Jawaban yang benar tentang kebenaran sejati.[16]
- Dinasti Ch’ing (1644 – 1912 M) bangsa Manchu
- Era baru di China (Republik Tiongkok)
- Tokoh yang terkenal dalam peradaban Muslim di China
- Zheng He (Laksamana Haji Muhammad Cheng Ho, 1371 – 1435 M).
- Wang Daiyu (1584-1670 M). Beliau telah menciptakan teori membela Islam dengan membedakan dengan budaya China. Beliau sangat mahir dalam bidang pengetahuan klasik China dan beliau telah menyebarkan inti ajaran Islam dalam masyarakat sekitar China. Pemikiran beliau telah banyak sekali mempengaruhi masyarakat Islam sepanjang sejarah. Adapaun karya-karya beliau di antaranya adalah: True Explanation on The Right Religion (Islam), High Learning in Qing Zhen (Islam).
- Yusuf Ma Zhu (1640-1711 M). Beliau dilahirkan di daerah Yunnan. Karya beliau yang paling terkenal adalah Direction in Islam yang berkaitan dengan sejarah Islam, falsafah dan undang-undang serta menitik beratkan bahwa Islam haruslah difahami dengan mengenali sifat-sifat Allah sebagai landasan utama ilmu pengetahuan. Beliau juga mencetuskan prinsip-prinsip Islam sebagai suatu yang amat penting dalam memperbaiki tatanan sosial yang berlandaskan keadilan dan kesejahteraan dalam masyarakat.
- Liu Zhi (1665-1745 M). Cendekiawan yang satu ini dilahirkan di Nanjing. Pengetahuannya yang mendalam telah memberi reputasi yang tinggi dalam masyarakat China Muslim. Hasil karya akademiknya yang terkemuka adalah Tian Fang Jian Li (Etika dalam Islam), karyanya ini merupakan satu-satunya karya yang telah dikumpulkan dalam ensiklopedi (Si Ku Quan shu) dan punya tingkatan rujukan yang tinggi pada zaman Dinasti Qing. Ia juga telah diakui oleh para cendekiawan China tradisional sebagai cendekiawan yang sangat membanggakan dalam rangka memahami perspektif Islam yang lebih mendalam.
- Yusuf Ma Dexin (1794-1874 M). Beliau sangat terkenal karena kefasihan dan kemahiran dalam berbahasa, khususnya bahasa Arab dan Parsi serta memiliki pengetahuan Islam yang sangat mendalam. Ia telah melakukan penerjemahan Al- Qur’an ke dalam bahasa Tionghoa dan juga menulis berbagai jenis buku mengenai Islam dalam bahasa Arab dan Parsi. Adapun karya-karya beliau di antaranya adalah: The True Revealed Scripture (merupakan sebagian dari kitab penerjemahan Al-Qur’an yang awal), Nahawu wa Saierfu (dalam teks-teks bahasa Arab), Universal Description, dan Huan Yu Shu Yao (mengenai maklumat kalender Islam dan lain sebagainya)
- Kelompok Muslim Hui dan Uighur
Secara keseluruhan, masyarakat Uighur merupakan orang-orang berperangai lemah lembut dan santai. Mereka tidak melihat kerja sebagai suatu kebajikan sendiri dan mereka juga menghargai kenikmatan hidup. Tingkat pengetahuan dan laku Islam mereka terbilang rendah, dan gaya mesjid-mesjid dan adat-istiadat mereka Asia Tengah. Orang-orang yang tinggal di bagian tengah dan utara Xinjiang sekarang telah mengalami pen-Cina-an yang cukup kuat. Rata-rata, hanya orang-orang lanjut usia saja yang pergi ibadah ke mesjid-masjid, yang keadaannya tak terawat baik. Islam lebih kuat di antara orang Uighur di Xinjiang sebelah selatan tempat sejumlah kecil orang Han juga tinggal. Ibadah Islam di sana lebih tradisional dibanding di daerah yang mutlak ditinggali oleh orang Hui saja.[22]
Orang Hui berasal dari suku-suku bangsa yang beragam, utamanya Arab, Persia, Asia Tengah, dan Mongol. Mereka tinggal di seluruh wilayah Cina. Mereka aslinya datang sebagai pedagang dan prajurit wajib-militer. Gelombang kedatangan mereka dimulai sejak pertengahan abad ke-7. Pada pertengahan abad ke-14, mereka dipaksa untuk kawin-campur dengan orang Cina Han. Alhasil, mereka berbahasa Cina dan adat-istiadat dan mesjid-mesjid mereka semuanya bergaya Cina. Kaum minoritas Muslim Cina lainnya secara turun-temurun mengecam penyesuaian laku Islam yang dilakukan orang Hui dengan cara hidup orang Han.[23]
Secara umum, orang Hui tidak memiliki sikap santai gaya Asia Timur Tengah/Asia Tengah terhadap hidup. Dalam hal cita-cita yang berapi-api terhadap perdagangan dan uang, mereka sama dengan orang Cina. Seperti orang Tibet, mereka menenteng dan gesit sekali dalam memainkan pisau. Mereka terbagi ke dalam dua kelompok besar.[24]
- Penutup
Yang perlu diingat bahwa sejarah telah mencatat tidak ada satupun agama yang mampu dimusnahkan ataupun ditumpaskan oleh kekuatan senjata atau pengejaran manapun di dunia ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Ketani, M. 2005. Minoritas Muslim di Dunia Dewasa ini. Jakarta: Rajawali Grafindo Persada.
Berzin, Alexander. “Hubungan antara Muslim Hui, Orang Tibet, dan Uighur”, dalam http://studybuddhism.com/id/kajian-tingkat-lanjut/sejarah-dan-budaya/agama-buddha-dan-islam/hubungan-antara-muslim-hui-orang-tibet-dan-uighur.html diakses pada Senin 30 Mei 2016 pukul 06.07
Dunn, Ross E. 1995. Petualangan Ibnu Batutah seorang musafir muslim abad ke 14, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Khaldun, Ibnu. 1986. Muqoddimah Ibnu Khaldun. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Lampu Islam. “Sejarah Islam di China” dalam http://www.lampuislam.org/2015/06/ sejarah-islam-di-cina.html diakses pada Kamis, 31 maret 2016, Pukul 13.30
Lapidus, Ira M. 1999. Sejarah Sosial Umat Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Murata, Sachiko. 2003. Gemerlap Cahaya Sufi dari China, Jakarta: Pustaka Sufi.
Rafik Khan, A. 1967. Islam di Tiongkok. Jakarta: Tinta mas.
Smith, Huston. 2000. Agama-Agama Manusia. Jakarta: Yayasan obor Indonesia.
Tien Ying Ma, Ibrahim. 1979. Perkembangan Islam di Tiongkok. Jakarta: Bulan Bintang
Usman, A.Rani. 2003. Sejarah Peradaban Aceh. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Wang Seng, Aan. 2007. Rahasia Kegemilangan Islam Di China. Selangor: LA Khauf Marketing.
[1] Huston Smith, Agama-Agama Manusia, (Jakarta: Yayasan obor Indonesia, 2000), hlm. 231
[2] Lampu Islam, “Sejarah Islam di China,” http://www.lampuislam.org/2015/06/sejarah-islam-di-cina.html diakses tanggal 31 maret 2016
[3] Aan Wang Seng, Rahasia Kegemilangan Islam Di China, (Selangor: LA Khauf Marketing, 2007), hlm. 8
[4] Ibid
[5] Ibnu Khaldun, Muqoddimah Ibnu Khaldun, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986), hlm. 571
[6] Ibrahim Tien Ying Ma, Perkembangan Islam di Tiongkok (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 24-25
[7] M. Ali Ketani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa ini, (Jakarta: Rajawali Grafindo Persada, 2005), hlm. 123
[8] Ibrahim Tien Yang Ma, Perkembangan ..., hlm. 30
[9] A rafik khan, Islam di Tiongkok, (Jakarta: Tinta mas, 1967), hlm. 07
[10] Ibid, hlm. 09
[11] Ross E Dunn, Petualangan Ibnu Batutah seorang musafir muslim abad ke 14, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1995), hlm. 390
[12] Ying Ma, Perkembangan Islam di Tiongkok, hlm. 32
[13] Ying Ma, Perkembangan Islam di Tiongkok, hlm. 165.
[14] Khan, Islam di Tiongkok, hlm. 32
[15] Ying Ma, Perkembangan Islam ..., hlm 336
[16] Sachiko Murata, Gemerlap Cahaya Sufi dari China, (Jakarta: Pustaka Sufi, 2003), hlm. 69
[17] Ying Ma, Perkembangan Islam ..., hlm 164
[18] Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), hlm. 419
[19] A Rafik Khan, Islam ...., hlm. 110
[20] A.Rani Usman, Sejarah Peradaban Aceh (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), hlm. 89
[21] Alexander Berzin, “Hubungan antara Muslim Hui, Orang Tibet, dan Uighur”, dalam http://studybuddhism.com/id/kajian-tingkat-lanjut/sejarah-dan-budaya/agama-buddha-dan-islam/hubungan-antara-muslim-hui-orang-tibet-dan-uighur.html diakses tanggal 30 Mei 2016 pukul 06.07
[22] Ibid.
[23] Ibid.
[24] Ibid.
1 comments:
Hotels near Lake Tahoe Casino and Resort – Mapyro
Hotels 1 - 12 of 74 — Hotels 1 - 보령 출장샵 12 경주 출장안마 of 74 hotels 1 - 12 of 74 in 수원 출장마사지 Lake Tahoe are found at this very popular casino and 경상북도 출장샵 resort on the famous State 당진 출장샵 of Nevada.